Sederhana,
seperti makanan segera siap yang butuh alat masak, air dan panas
dibuat sesuka hati sesuai keinginan yang kiranya tak sama dengan gambar kemasan
Sederhana,
hendak basah berkuah mupun kering berminyak, dengan segala tambahan yang kiranya semau hatiÂ
oh maaf saya ralat, dengan tambahan yang tersedia seada adanya, jika di rencanakan mungkin sempurna
Bagiku semangkuk kuah pada hujan yang syahdu adalah setetes surga,Â
Hujan yang bukan gerimis tapi juga tak serupa badai, hujan yang deras tapi minim petir
Hujan yang cukup basah tapi tidak menuju banjir, seperti lirik lagu dangdut yang sedang sedang saja
Menikmati air berkaldu dalam sesendok suap, setelah doa barusan
Seirama dengan cara kita menyantap target utama, sruput sepanjang tekstur yang lembut
Bersama rintik yang jatuh seperti kemudian hujan mereda sampai henti menyisakan genangan bukan kubangan
Lalu tadi selama aku menikmati dengan alot, seutas kenangan yang tiba tiba datang tanpa terduga,Â
juga sekelebat masa depan yang kubayangkan, atau keduanya hadir di pikiran yang tumpang tindihÂ
Semangkuk sajian di tengah hujan telah dihabisi dengan penuh kasih  sayangÂ
perut sudah menerimanya dengan siap sedia tampa perlu mediasi panjang lagi alot
isinya dalam mangkukpun telah habis tak tersisa, kemudian kantuk datang menghampiri memakan lelah hariÂ
kemudian doaku setelah makan ini adalah terima kasih untuk setiap suap dan kunyah tadi.
Jejak kedua di Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H