Kata siapa aku mau? siapa bilang aku rela?
Toh aku hanya memaksa diri menyesuaikan dengan keadaaan,Â
nyatanya hidup tak selalu sesuai ingin, mau ini mau itu tunggu dulu,
semua hal hal yang ada itu mestilah berdasakan kebutuhan apalagi yang prioritas.Â
.
Kata siapa aku ingin? kamu dengar semua itu dari mana?
toh memenuhi diri sendiripun aku bernalar berkali kali!
Sesungguhnya harapan harapan itu telah menjadi uap entah berubah jadi apa dan kemana?
.Â
Jadi dewasa itu berat, minta jadi anak anak lagi juga pekerjaan rumah yang gila!
kemudian dewasa lagi, nanti capek lagi, kemudian gila lagi, terus sajasampai jadi makin gila!
.
Aku bediri diatas kaki sendiri!
Berjalan di arah yang tumpang tindih, mengikuti peta yang sudah di mutakhirkan sampai bosan.
Terlampau banyak jalan pintas, jalan tikus dan kemudian semua itu menjadi jalan yang buntu kemudian.
Kadang kita melalui bundara, tanjakan, tutunan curam atau jalan memutar bahkan lawan arus atau paling parah putar balik.
.
Berdiri di kaki sendiri kadang sepi kadang ramai,Â
Kadang berirama dengan langkah kaki para pejuang
Kadang memberontak sekata kepedihan yang suram
Sisanya menikmati sepi sambil mengandalkan diri sendiri.
.
Berikari sesungguhnya tak selamanya apa apa selalu dapat mengadalkan diri sendiri.
Kadang butuh bicara, butuh mendengar, butuh rasa kecewa dan dihargai untuk tumbuh.
Sudahkah kamu memilih dengan bijak? karena sendiri nyata nyata menjemukan.
Pakulonan Barat, 3 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H