sembilu mengiris senja
meninggalkan jala yang kosong
dan perahu perahu kehilangan nelayan
kail kail tergantung  menyisakan umpan tanpa pemancing
semburat fajar kesiangan
lahan lahan sudah berkerubung gulma
petani petani sudah tak lagi memanen rindu
karena umbi yang ditanah dan buah yang menggantung tak lagi hadir
hujan turun dengan tergesa
berlalu tanpa menghadirkan kenangan
jalanan tak lagi basah semua hanyut kedalam bumi
sehaus itu bumi menikmati segerimis kelam yang jatuh dengan pelit
tidak ada keajaiban semua telah pudar
mungkin bumi akan berhenti berotasi, dan matahari ingin mengambil cuti panjang
bulan yang sepi telah sejak lama mengepak semua halaman untuk migrasi ke galaksi sebelah
kau dan aku sudah tidak menjadi kita
tidak ada yang mengikat, kau bisa bernapas lega, dan puas puas mengambil oksigen
aku dan kau tak lagi saling bertaut apapun
semua yang dibangun telah jatuh, terbelah, retak dan tak dapat kebali sebaik semula
lagu lagu romantis telah kusut dan sulit dibedakan dengan kesenduan
lagu lagu sedih tak lagi nyaman di dengar, hanya duka dan luka menyayat
akupun bersiap pergi mengikuti lorong persegi warna neon
mengikuti pergi menemukan hari hari yang menakjubkan dan tak teduga
bagai ketelanjangan, tak kubawa apapun dari tempat yang kini sepi dan sunyi
ada petualangan di balik lorong, tanpa perlu mengulang perih hanya perlu memulai lagi
Pakulonan Barat, 6 Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H