Tak ada langit malam minggu disini, semua hari sama
Langit cemerlang yang kusuka dari ujung perbatasan
Sepi tanpa mengenal hari hari selain purnama penuh
Langit yang kutahu selalu ada sebentuk rindu dibelahan lain
Mengerjap bersama bintang bintang dalam refleksi rasinya
Langit yang dilingkupi para cinta pengembara
Subur dalam hujan yang turun dalam musim setelah September
Jatuh pada gravitasi di lahan lahan hijau dengan irama
Belantara rindu yang lebat kini tetap tumbuh merimba
Sejurus dengan aliran rasa yang meluas memanjang dan deras
Seperti sungai menganak pinak dan menyentuh sisi yang tak terbayangkan
Masihkah ada Malam Minggu?
Langit malam mingguÂ
Langitnya para remaja, kadang hingar bingar kadang sepi
Langit malam mingguÂ
Langitnya para pekerja, sebagian terlelap dalam lelah yang snagat
Langit malam mingguÂ
Langit yang ta ada beda, bagi bara pencari rejeki di sepanjang hari
Langit malam minggu
Langitnya para manula yang merindu kenangan, merindu luka dan suka
Langit malam minggu
Sebatas judul puisi yang kutaruh di laman ini, untuk sesaat merindu muda
Pakulonan Barat, 22 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H