Aku membalut diri dari tepi ke tepi
Tapi tetap saja suhu dingin mampu menghapiri
Pada Cemara Cemara berbetuk kubus yang kulihatÂ
Potongan beku jatuh perlahan dan pasti memenuhiÂ
Tanpa mengalir dia diam mengubur harap dan hampaÂ
Aku menatap di balik jendela, Sendu bagai periuk isi sayur kemarinÂ
Aku mengawasi dalam jendela berkabut yang ikut beku dan sunyiÂ
Tidak pernah aku harapkan engkau akan pulang dalam peluk yang pelikÂ
Tak sekalipun berharap pada sentuhan hangat yang mungkin diberiÂ
Karena kutahu kau bias dan samar bagai arsiran yang kontradiksiÂ
Pada dunia dingin yang di hembus dari hati paling dalam Â