Dia mewarnai punggung lebar ini dengan banyak keluh kesah tentang kemarin dan kapan tahu?
Dia mengomel, dia bercerita dan kita bercengkrama tentang dahulu, tentang tadi, bahkan andai andai besok atau lusa
Obrolan tentang hal hal aktual atau omong kosong dan gombalan receh yang kadang membuat telinganya memerah
Ya tak semerah punggungku tapi yakin dia pasti kesengsem dengan rayuan bulusku, toh sudah halal ini
Telah berlalu kenangan itu dua dekade, dan kini punggungku tak pernah lagi di kerik senikmat perbuatannya.
Padahal aku masih mendengar celotehnya tentang jalan jalan ke Ragunan minggu besok, dan seragam baru buat si bontotÂ
Telah berlalu suara suara bawel itu di telingaku, tapi rasanya dia masih berbisik, masih teriak dan masih hadir
Aku berhasil menemukan tempat persembunyiannya dalam selipan buku nikah kami tertanda tahun 1965
Hay Ratih aku sudah temukan koin ini, kemana saja kamu dua puluh tahun ini, aku rindu.
bosan aku datang ke tempatmu tiap jumat pagi, membawa sepucuk rindu yang kutaman depan rumah
Hay Ratih aku taruh lagi uang koin itu di dalam buku nikah, takut aku Ratih kau pulang dan cari cari itu koin