hilang tenggelam, kuterperangkap dalam arus
mengusir lelah, tersadar dibawa ke hilir yang tenang
tak lagi ku kenal muka dunia, dari gugung dan hutan hijauÂ
menjadi busur pantai dan ratusan karang yang perkasa menantang ombak
benci karena terbuang, ku sadar telah menjadi tumbal tumbal orang orang tamak
ku diurus jadi kurban, seperti ternak di penuhini semua semua tapi hanya siasat sesat
hari itu aku serasa di ikat dilempar ke sungai yang deras, setelah hujan bersama gemetar suhu yang dingin
kabut menutupi rasa kecewa dan luka, air mata pun tak lagi bisa kurasa saat air mulai memenuhi paru paru
hari berganti dan di hilir kini aku tersadar, tidak ada yang tanpa pamrih hari hari ini
tak semua buku lusuh penuh ilmu dan tak semua buku bagus penuh kebenaran yang perlu diperjuangkan
sampai jumpa semoga tak kembali, karena hidup baru akan di mulai, siapa yang kuat dia bertahan siapa mampu dia juara
sampai jumpa semoga makin dewasa semoga di beri kesempatan untuk keluar dari lingkaran toxix yang merotasi dan tak mampu lari
sampai jumpa akan kembali nanti saat saat penuh cinta dan sayang, sampai saat itu belum terwujud maka jangan diri menyerah.
sampaikan salam jari tengah untuk orang orang sialan yang tak tahu diri, dari aku yang merasa kecil dan penuh kasihani.
karena semua lingkungan dimana buminya di pijak sesungguhnya adalah arena perjuangan.Â
seperti tagline acara dangdut tempo dulu maka "Jadilah Bintang"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H