senja yang tidak pernah terlambat,Â
seperti petang petang yang telah berlaluÂ
dan sepi sepi yang kulalui di keramaian sore
dan warna warna pudar yang tak pernah hilang
menuntunku untuk pulang, dan kaki yang melangkah pasti tanpa takut tersesat
tubuh tubuh yang lelah dan berdempet, duduk berdiri dan entahlah semua sibuk sendiri
seolah lestari dari bersama bau bau matahari, yang tak pernah lelah rupanya
kita yang selalu pulang, selalu punya tempat untuk diajak bicara sendiri
tak seperti karamnya kapal kapal saudagar yang kecewa tak pernah surut di daratan tujuan
kita yang selalu mampir mampir, berharap tenda tenda langganan masih mengepulkan makanannya
atau seperti aku yang selalu masuk warung nasi dan membungkusnya pulangÂ
dan pulang untuk di basuh mandi berharap semua penat dan beratnya hari luluh bersama basahnya diri
sampai malam berllau sampai besok mengulangi lagi berdiri dianatara orang orang di peron Stasiun Serpong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H