Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Industri Ponsel Tanah Air: Lokal (Part 2)

2 Juni 2020   16:21 Diperbarui: 2 Juni 2020   16:45 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri Pabrikan dengan jenama produsen lokal sangat sulit untuk bersaing, Terutama bukan pada masalah investasi tetapi terutama masalah dari kurangnya Sumber Daya Manusia, baik dari segi enginering pada Software dan Hardware, kita masih belum bisa benar benar riset dan mampu secara penuh diterapkan. 

Aspek selanjutnya adalah kebanyakan masyarakat meragukan kemampuan teknologi buatan anak bangsa ini, Beberapa Vendor lokal sempat dituding dan dilaporkan Nokia mengenai masalah Intellectual Property Rights atau dalam bahasa Indonesia Hak KEkayaan Intelektual.

Dalam Skema TKDN sebaiknya pemerintah baik Bersama Kememperin dan Kemendikti bersama sama vendor lokal, dan mungkin melibatkan juga sekolah tinggi berbasis teknologi agar sama sama melakukan Riset terhadap kemajuan teknologi negeri kita. Dengan melakukan investasi seperti ini memungkinkan teknologi yang lahir sama sama dapat dikembangkan. Pada kasus Covid ini beberapa Universitas dapat membantu memproduksi ventilator sendiri.

Mungkin karena kepepet dan dibutuhkan banyak jadi produksi alat kesehatan tersebut bisa mendorong produksi dalam negeri. Atau karena Industri ponsel tanah air dapat saja menggunakan aplikasi yang sudah jadi lebih murah ketimbang pengembangan sendiri. 

Contoh, akibat terdesaknya Huawei oleh Pemerintahan amerika serikat membuat beberapa vendor disana mulai mengembangkan kerjasama strategis, Ponsel turunan BKK Electronic Corporation seperti Ovo, Vivo, Realme dan One Plus sudah mulai bekerjasama dengan Xiaomi untuk mmebuat aplikasi aplikasi yang bisa didukung seacra bersama, sebagai antisipasi juga kalau kena sial seperti Huawei.

Aplikasi yang bisa di terapkan mereka di produk besutannya juga memudahkan konsumen agar tidak perlu repot repot pakai aplikasi pihak ketiga. Dengan kerjasama inipula akan lebih murah mengenai biaya riset karena dilakukan bersama sama. Produk yang dihasilkan juga tentu akan lebih ramah dengan gadged yang mereka keluarkan juga kompatible dengan baik. 

Untuk yang Lokal mulai kerjasama secara langsung dengan Google dengan keluarnya Android One,pada tahun 2015 yang dikerjasamakan dengan 3 vendor lokalNexian yang sekarang namanya tenggelam.

Mito yang mulai merambah beberapa perlatan elektronik untuk mempertahanakan keberadaanya Atau mungkin memperluas unit bisnisnya. Serta Evercoss yang sampai sekarang masih bertahan di Industri Ponsel tanah air.

Selain itu Polytron yang mencoba bertahan termasuk dengan pengembangan OS Fira yang juga terafiliasi dengan beberapa produk pinar keluarannya.

Sayang jika kita lihat Ponsel Polytron seakan mati suri karena kalau kita masuk situs internet resminya bagian mobilephone nya tidak bisa di buka. Mungkin ada strategi lain di balik mati surinya produksi ponsel garapan dari salah satu Anak Perusahaan Djarum ini.

Lain dengan Inonesia OS dingkan IDOS yang dikembangkan oleh Advan. Vendor ini masih rajin merlis ponsel teranyarnya. MAsih sama sama bertahan dari gempuran vendor global yang lebih kaya modal baik dari segi iklan dan suport. 

Masih banyak juga masyarakat yan nyinyir dengan kualitas produk lokal ini, tapi menurut hemat saya jika anda tidak suka modelnya atau fasilitas yang di dapat dari ponsel tersebut artinya ponsel tersebut bukan level anda. Ini juga berlaku untuk ponsel keluaran vendor asing.

Untuk apa di nynyirin toh ada uang ada harga ada barang. Tidak cocok dengan selera anda bisa ganti produk yang lain tanpa perlu mencelanya.

Sebetulnya Vendor lokal jugatidak kalah berusaha berinovasi misalnya PT Aries Indo Global (AIG), perusahaan yang melahirkan Brand Evercoss, mencoba mengubah pendekatan pangasa pasar dengan memunculkan dua brand baru, yakni Luna dan GenPro. Diharapkan Kedua Brand tersebu mampu bersaing dengan Jenama Luar.

Selain program bundling juga beberpa berharap dengan penjualan flashsale dengan harga menggiurkan bisa memancing minat masyarakat. Bertahan dengan fokus berjualan di daerah agak pelosok juga mereka lakoni dengan berharap bisa bertahan. 

Brand Lokal gagal mengambil suksesi saat ponsel blackberry blackberyan pernah merajai Indonesia. Gagalnya memanfaatkan kesempatan saat beralih ke ponsel pintar juga lagi lagi terbentur masalah kemampuan mengembangkan teknologi untuk karyanya. 

Memang berjuang dan berusaha berinovasi itu sulit juga ditambah sentimen masyarakat terhadap kualitas produk lokal yang kadang kurang mengenakan. Mengubah pemikiran jika lokal dapat berkarya sebaik vendor luar masih harus terus digaungkan.

Di Akhir 2017 ada ponsel Digicoop yang merupakan singkatan dari Digital Cooperation . Ponsel cerdas hasil realisasi oleh berbagai pihak, seperti Koperasi Digital Indonesia Mandiri,  BEKRAF , Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Masyarakat Telematika Indonesia, Kemkominfo,  juga Pihak Penelitian dari ITB . Tapi tampaknya tidak bertaji redup setelah proses peluncuranya

Sebetulnya Ponsel Lokal pernah berjaya dengan hadirnya Andromax dari Smartfren , tapi menurut saya Andromax bukan murni ponsel lokal walaupun diproduksi di tanah air. Karena media vendor partnernya masih vendor asing juga semodel Hisense dan Haier, juga ada beberapa vendor lainnya. Tapi tidak sekalipun menggandeng pabrikan Lokal.

Cara ini sebetulnya dicoba juga oleh Luna dengan seri Extreamme yang di bundling dengan Provider XL. Semoga kedepan Vendor Lokal bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Selamat berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun