Mohon tunggu...
Fajar Muchlisin Akbar
Fajar Muchlisin Akbar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Allahumma yaasir wala tu'assir.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jokowi for Presiden? Let It Be

27 April 2014   01:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, bahwa majunya Jokowi sebagai calon presiden menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat luas. Ada beberapa alasan yang dipaparkan oleh mereka yang tidak mendukung Jokowi sebagai bakal capres 2014. Yang menurut saya hampir semua alasan tersebut adalah opini semata, masih berupa kemungkinan, yang tidak diketahui pasti kebenarannya. Berikut beberapa alasan mereka yang tidak mendukung Jokowi :

1.“Jokowi dinilai hanya mendongkrak kepopularitasan dengan mendompleng Esemka”.

Saya langsung teringat kata salah seorang motivator di Indonesia, bahwa “akan ada pembenci untuk setiap kebaikan”. Popularitas apa yang beliau bangun dengan menggunakan mobil buatan anak negeri ini, kaitannya dengan beliau menjadi calon presiden 2014? Malah harusnya kita sebagai masyarakat Indonesia bangga dengan sosok seperti beliau, ditengah pesatnya perkembangan teknologi, beliau memilih menjadikan Esemka sebagai mobil dinas walikota solo. Dan sampai hari ini dengan status sebagai gubernur DKI Jakarta pun beliau masih setia menggunakan mobil buatan anak negeri ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada tujuan lain dari beliau selain benar-benar mencoba mengapresiasi serta menunjukkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa produk dalam negeri tidak seperti apa yang mereka pikir selama ini. Sekalipun memang benar bahwa Esemka dijadikan dompleng untuk mendongkrak popularitas, saya rasa tidak ada salahnya. Apakah ini melanggar norma? Melanggar hukum? Kan tidak. Malah ini menunjukkan bahwa beliau adalah orang yang visioner, mampu berpikir kedepan, dan itu menjadi modal penting bagi setiap orang yang hendak menjadi pemimpin. Setidaknya hal ini lebih mulia dan lebih masuk akal ketimbang mendongkrak popularitas dengan menjadi orang kepo sedunia mengkritik sana sini melalui jejaring sosial tanpa maksud yang jelas lalu dengan bangga mendeklarasikan diri sebagai calon presiden. Ha ha ha. Konyol!

2.“Mudah mengkhianati amanah yang telah diberikan oleh rakyatnya.”

Alasan ini timbul karena Jokowi seringkali belum menyelesaikan tanggung jawabnya terhadap satu jabatan lalu melompat ke jabatan yang lebih tinggi. Dua periode menjadi walikota solo dan pada periode kedua di dua tahun masa jabatannya beliau mencalonkan sebagai gubernur Jakarta, dan sekarang setelah menjabat kurang lebih 1,5 tahun beliau dicalonkan sebagai capres. Diperiode pertama sebagai walikota solo beliau menyelesaikan jabatannya dengan sempurna. Dan pada periode kedua mencalonkan sebagai gubernur Jakarta, saya merasa bahwa apa yang dilakukan Jokowi selama menjabat sebagai walikota solo selama 7 tahun, sudah cukup menjadi pedoman bagi pemerintahan solo berikutnya khususnya bagi Hadi Rudyatmo sehingga tidak perlu ada kecemasan, yang memang hal tersebut tidak terjadi. Dan saat ini setelah menjabat sebagai gubernur DKI beliau mencalonkan sebagai capres. Untuk seorang Jokowi yang melakukan hal tersebut saya rasa memang pantas. Karena pemimpin yang dibutuhkan oleh negara ini adalah mereka yang masih muda yang mampu berpikir lebih tajam, serta kritis. Lagipula dengan menjadi presiden nantinya maka perubahan tidak hanya dirasakan masyarakat Jakarta, tetapi selurh masyarakat Indonesia. Kalau mau menunggu sampai selesainya jabatan Jokowi sebagai gubernur, artinya beliau harus menunggu 6 tahun lagi untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Dengan kata lain, setelah beliau berusia 59 tahun. Ini terlalu lama menurut saya, takutnya malah elektabilitas seorang Jokowi menurun pada saat itu, menjadi capres saat ini dengan usia yang tergolong muda merupakan langkah yang tepat untuk sebuah perubahan.

3.“Hanya menjadi wayang atau boneka saja.”

Ini adalah alasan yang paling mendasar bagi mereka yang tidak setuju dengan pencapresan jokowi. Katanya Jokowi hanya akan dijadikan boneka bagi orang yang berada dibelakangnya. Memangnya Jokowi sepolos itu ya? Saya juga tidak begitu paham mengapa hanya karena beliau mendapat mandat dari pemimpin partainya lantas di judge pasti akan menjadi boneka belaka. Pengalaman dalam dunia pemerintahan serta kepercayaan dari masyarakat Solo, Jakarta, serta seluruh orang-orang yang pro terhadap beliau cukup untuk menjadi pertimbangan beliau dalam menjalankan pemerintahan maupun mengeluarkan keputusan. Dan saya yakin beliau bukan merupakan tipe orang yang suka berdiri diatas, maupun tipe orang yang suka membeda-bedakan (memihak kelompok-kelompok tertentu), kesamarataan dan kesederhanaan tetap menjadi ciri khas Jokowi.

Diatas hanya beberapa contoh alasan yang menurut saya masih sekedar opini, atau kemungkinan yang belum terbukti secara faktual, dan masih banyak lagi yang lainnya. Saya hanya ingin menyampaikan mungkin benar bahwa Jokowi belum bisa menjadi pilihan terbaik Indonesia saat ini, tetapi setidaknya beliau adalah pilihan teraman bangsa Indonesia saat ini.

Written By : Fajar Muchlisin Akbar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun