Mohon tunggu...
Fajar Muhammad Hasan
Fajar Muhammad Hasan Mohon Tunggu... profesional -

Petualang yang mencari kebenaran\r\n*twitter @fajarmhasan\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apa Tujuan Detik Menjerumuskan PKS?

6 Maret 2014   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Tulisan di Detik.com

Membaca hasil survey yang dilakukan oleh LSN pada 26 Februari sampai 15 Maret 2013 dengan 1.230 yang ditulis detik.com ada hasil sebagai berikut :

Demokrat : 70,4%, Golkar 5,7%, PKS 4,4%, Partai lain secara kumulatif adalah 19,5% dengan margin error 2,8%

Dari survey ini terlihat bahwa keenam partai lain yaitu: PDIP, PAN, PKB, PPP, Hanura dan Gerindra mendapatkan persentase 19,5% atau rata2 3,3%. Dan bisa dibilang bahwa kedelapan partai selain Demokrat itu masih dalam batas yang tidak jauh, mengingat margin error yang 2,8%. Artinya Golkar korupsi bisa ‘hanya’5,7%-2,8%=2,9% dari rakyat Indonesia yang kurang dari 3,3%. Sebaliknya, partai yang paling bersih bisa sampai 3,3%+2,8%=6,1%Dari sini terlihat bahwa rakyat Indonesia menganggap bahwa Demokrat adalah satu-satunya partai yang korup sedangkan kedelapan partai lain dianggap oleh sebagian kecil rakyat Indonesia tidak bersih2 amat. Mungkin untuk mendapatkan keseksian berita maka harus melibatkan PKS. Seandainya PKS no 4 pasti daftarnya juga 4 partai yang dianggap korupsi. he3x, yang ini murni opini saya.

Alangkah fair dan mencerminkan keadaan jika judul di detik dirubah menjadi :

Demokrat satu-satunya partai yang dianggap korupsi oleh bangsa Indonesia

Atau

Masyarakat menganggap tidak ada partai yang bersih, namun Demokrat yang disepakati sebagai partai yang korupsi.

Memang bisnis dan duit bisa mengubah segalanya, kecuali yang teguh dalam keyakinan. Dan itu sangat sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun