Mohon tunggu...
Fajar maulana ichsan
Fajar maulana ichsan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Nasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dekat Teori Kultivasi

19 Januari 2024   10:07 Diperbarui: 19 Januari 2024   10:17 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun media digital berbasis online semakin populer di kalangan masyarakat, tidak dapat dipungkiri bahwa televisi masih menjadi pilihan utama bagi banyak orang dalam mendapatkan informasi. Televisi tetap menjadi alat utama di mana penonton dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang masyarakat dan budaya di sekitar mereka.

Teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi.

Kultivasi Artinya Penguatan, Pengembangan,Penanaman, Pereratan. Media Memperkuat persepsi khalayak tentang realitas sosial yang di tayangkan di televisi.

Teori ini pertama kali diperkanalkan oleh George Gerbner dan teman-temannya pada tahun 1969.

Penonton televisi digolongkan menjadi dua yaitu Heavy Viewers yang menonton lebih dari 4 jam sehari dan light viewers yang menonton televisi kurang dari 2 jam sehari.

Dikutip dari buku Pengantar Komunikasi Massa (2016) oleh Nurudin Para pecandu berat Televisi (Heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di Televisi adalah dunia senyatanya. Misalnya tentang prilaku kekerasan yang terjadi di Masyarakat. Para pecandu berat Televisi akan mengatakan bahwa sebab utama munculnya kekerasan adalah masalah sosial (karena Televisi yang dia tonton sering menyuguhkan berita dan kejadian dengan motif sosial ekonomi sebagai alasan melakukan kekerasan). Padahal ada kemungkinan sebab utamanya adalah faktor cultural shock (keterkejutan budaya) dari tradisional ke modern.

Sejarah singkat teori ini berawal dari tulisan pertama yang berjudul "living with television: the violenceprofile" , dalam journal of communication. Awalnya melakukan penelitian tentang "indikator budaya" dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Dengan kata lain, ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi. Diawal Perkembangan Teori ini memfokuskan pada tema-tema kekerasan di Televisi. Namun pada perkembangan-nya teori ini digunakan untuk kajian diluar kekerasan.

Contoh Teori Kultivasi

Saat pandemi COVID-19 melanda di Indonesia, teori kultivasi dapat diterapkan dalam konteks bagaimana media massa membentuk persepsi masyarakat terhadap situasi kesehatan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah.

Contohnya adalah jika media secara konsisten menyoroti dampak negatif dari COVID-19, seperti jumlah kasus yang tinggi, keterbatasan fasilitas kesehatan, dan kisah-kisah tragis terkait pandemi, hal tersebut dapat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap seriusnya situasi dan meningkatkan kekhawatiran serta ketakutan.

Di sisi lain, jika televisi memberikan liputan yang lebih fokus pada upaya pemerintah, langkah-langkah pencegahan, dan kesuksesan dalam menangani pandemi, hal ini dapat membentuk persepsi masyarakat bahwa situasi tidak semenakutkan yang mungkin terjadi.

Kesimpulan

Teori Kultivasi memusatkan perhatiannya pada media komunikasi khususnya Televisi. heavy viewers akan cenderung menganggap realitas yang ditampilkan di televisi merupakan realitas kehidupan sehari-hari. Namun, teori ini hanya menekankann pada Heavy Viewers televisi dibanding Light Viewers dan Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi serta sulit diterapkan pada media selain televisi.

Sumber : Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun