Mohon tunggu...
Fajar Malelak
Fajar Malelak Mohon Tunggu... Penulis - Penulis amatir dengan fenomena lingkungan

Penulis amatir dengan fenomena lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filsafat Timur Sebagai Penawar Kaum "Insecure"

5 September 2020   22:42 Diperbarui: 5 September 2020   22:43 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Insecure. (Sumber Instagram: @cakrawalapemuda)

Pada era Revolusi Industri 4.0 saat ini sudah tidak asing lagi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi dengan begitu cepat. Dampak era revolusi Industri 4.0 ini tentu sangat besar bagi perilaku di masyarakat.

Informasi yang dapat diakses dengan cepat, mampu membantu kita memberikan dan menerima informasi kepada banyak orang. Hal seperti ini tentunya memberikan sisi positif dalam pengelolaan informasi yang mudah dan murah.

Contoh yang dapat dirasakan yaitu ketika kita menggoogling suatu informasi atau berita dan mempelajari sesuatu melalui video youtube.

Tetapi dibalik kemudahan atau sisi positif dalam mengakses suatu informasi, tentunya memiliki sisi negatif yang dimana kita diharuskan secara bijak untuk memilah dan menyaring suatu informasi.

Seringkali dengan banyaknya informasi yang ada, akhirnya membuat kita mengalami Cognitive Overload, yang dimana tersimpannya suatu data atau informasi penting dan tidak penting pada otak kita.

Hal seperti inilah yang akan menyusahkan kita untuk bagaimana kita memilah dan menyaring suatu informasi dengan bijak sehingga informasi tersebut tidak berujung  pada suatu kesimpulan yang salah. Pada era banjir informasi ini bukan saja informasi valid yang terbawa, tak sedikit informasi yang tak penting atau hoax juga terbawa arus.

Banjir informasi tidak lain adalah dari lingkungan kita sendiri baik teman atau keluarga melalui berbagai macam media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.

Dari media-media sosial tersebut kita dapat mengetahui setiap aktivitas yang dibagikan oleh mereka, mulai dari aktivitas harian, pekerjaan, pencapaian yang sedang dicapai dan lain sebagainya.

Menjadi hal yang lumrah dalam pemakaian media sosial yaitu seseorang dengan sendirinya  secara spontan membagikan atau memperlihatkan segala sesuatu yang ada dalam diri dan lingkungan sekitar sebagai penjelasan eksistensinya.

Insecure atau rasa tidak aman ini sering kali muncul dari dalam diri kita. Beberapa postingan  atau cerita yang dibagikan oleh teman kita pada dasarnya menunjukan suatu kegiatan atau pencapaian mereka saja, tetapi rasa minder terus menghantui kita bersama beberapa pertanyaan terkait pencapaian kita sendiri.

Postingan-postingan atau cerita yang dibagikan tersebut sebagai simbol suatu eksistensi seseorang. Kekhawatiran terus muncul akibat pencapaian-pencapaian orang lain, baik pekerjaan, usaha yang sedang dibangun, pendidikan yang dijalani atau sudah selesai, hubungan percintaan yang sedang dipertahankan, bahkan status jomblo yang belum berakhir.

Pada akhirnya semua itu hanya akan membawa seseorang pada rasa kekhawatiran yang berlebihan tentang pencapaian kita yang belum seberapa dengan pencapaian orang lain. Lantas apa yang harus kita lakukan? Terus tidur dalam rasa Insecure tersebut? Atau bangun dan mengubah rasa Insecure tersebut menjadi berkat?

Secara kesehatan, pikiran dan tubuh mempunyai keterhubungan meskipun secara fisik tidak tampak menyatu. Beberapa ahli mengatakan bahwa apa yang kita pikirkan dapat menyebabkan suatu emosi, baik itu positif atau negatif dan akan berimplikasi pada kesehatan.Tubuh akan merespon cara berpikir, merasa, dan bertindak. Ini adalah koneksi dari pikiran dan tubuh.

Filsafat Timur menawarkan sesuatu yang berbeda dan sangat khas. Mereka mempercayai bahwa suatu keinginan merupakan kesia-siaan semata, sehingga keinginan tersebut haruslah dilepaskan, tetapi pelepasan keinginan tersebut tidak sepenuhnya dilepaskan karena keinginan-keinginan tersebut dapat diberdayakan menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan.

Filsafat Timur mau mengatakan bahwa keinginan yang dikejar akan membawa kita pada suatu lingkaran penderitaan, tetapi keinginan tersebut tidak sepenuhnya ditiadakan, melainkan diberdayakan. 

Pemberdayaan dilakukan dengan bijaksana sesuai dengan apa yang dipercayai mereka sebagaimana air yang mengalir di sutu sungai, mengalir secara bebas dengan keteraturannya.

Kembali membahas tentang rasa Insecure akibat postingan atau cerita yang dibagikan oleh teman yang dimana hanya membagi kegiatan dan pencapaian-pencapaian mereka. 

Dalam hal ini Filsafat Timur hadir sebagai obat penawar rasa Insecure atau rasa tidak aman ini sebagaimana prinsip dasarnya yaitu, hidup secara alamiah. Sehingga kita sendiri tidak mencampuri urusan orang lain, melainkan menyelesaikan pencapaian-pencapaian kita yang tertunda.

Penyelesaian tersebut terealisasi ketika kita mematikan rasa Insecure tersebut, tetapi tidak benar-benar mematikannya, melainkan memanfaatkannya sebagai batu loncatan atau motivasi untuk menggantikan rasa Insecure menjadi bersyukur.

Pengendalian diri yang baik akan membawa kita pada suatu keteraturan. Pengendalian terhadap pertimbangan dan presepsi, tujuan, keinginan, dan semuanya yang berkaitan dengan perilaku kita sendiri.

Filsafat Timur meyakini bahwa keinginan adalah hal yang semu dan harus ditinggalkan, tetapi tidak semuanya ditinggalkan melainkan diberdayakan agar menjadi berkat.

 Sampai disini dapat kita pelajari bahwa obsesi kita terhadap sesuatu yang diluar kemampuan kita, akan membawa kita pada rasa ketidakberdayaan karena tidak bisa mencapai hal tersebut. Pemberdayaan suatu obsesi yang positif akan membawa kita pada suatu keberhasilan.

Kebahagiaan sejati akan datang ketika kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan porsi dan kelas kita. Penyamaan pencapaian diri sendiri dan orang lain adalah hal yang kelirikarena setiap pencapaian tentunya mempunyai prosesnya tersendiri.

Pada akhirnya ketika kita diperhadapkan dengan rasa Insecure, maka hal yang harus kita lakukan adalah mematikan rasa Insecure tersebut, tetapi tidak sepenuhnya dihilangkan, melainkan diberdayakan agar memunculkan suatu motivasi yang berujung pada sikap bersyukur dan mau memulai dan menjalani hidup sebagaimana porsi dan kelas kita.

kendalikanlah sesuatu secara serius yang sesuai pada porsi dan kelas kita, sehingga kita mampukeluar dari perasaan-perasaan yang akan menyiksa kita. Karena sikap dan presepsi kita ada sepenuhnya pada pengendalian kita.

Dalam keadaan paling tertekanpun, hidup tetap akan bermakna dan bahagia jika kita bisa secara bijak mengendalikan diri dan situasi. Semua tergantung pada diri kita sendiri. 

Mana yang akan kau coba? Tenggelam dalam rasa Insecure atau bangkit memberdayakan rasa Insecure menjadi berkat untuk diri sendiri dan orang lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun