Jauh sebelum Pandemi Covid-19 menyerang dunia, saat berkumpul tanpa masker adalah hal yang biasa, saya senang jika mendapatkan undangan untuk berbagi ilmu. Ini adalah salah satu foto lama saat saya mengisi acara workshop jurnalistik. Saat itu saya adalah pembicara paling muda diantara senior-senior saya saat itu. Ketertarikan dan keilmuan saya pada dunia konten (yang sedikit itu)Â menjadikan saya dipercaya untuk mengisi acara tersebut.Â
Saat itu penetrasi media sosial sudah mulai riuh. Hampir semua orang punya akun media sosial yang beragam. Mulai dari Facebook, Twitter, Instagran sampai Youtube. Pemerintah pun mulai melihat fenomena ini. Saat itu pemerintah Aceh, lebih tepatnya Kota Langsa, menyelenggarakan workshop untuk warganya. Tema yang diangkat adalah Budaya dan Wisata. Peserta yang mengikuti pun beragam. Mulai dari mahasiswa, guru, penulis sampai penggita media sosial.Â
Saat itu pemerintah ingin menguatkan awareness Kota Langsa melalui media sosial. Selain memberi pemahaman kepada masyarakat, Pemerintah ingin memperkenalkan dengan baik kotanya sebagai destinasi wisata. Warganya dianggap sebagai Duta Brand yang memperkenalkan Kota Langsa kepada masyarakat melalui media sosial.Â
Banyak yang kita bagikan di acara itu. Mulai dari bagaimana membranding sebuah kota atau sebuah tempat melalui konten. Bagaimana membuat konten yang baik dan bagaimana mengembangkan audience. Hal yang paling penting dalam mengoptimasi media sosial bukanlah media sosial itu sendiri. Namun konten apa yang disajikan. Jenis media sosial hanyalah pipa saluran. Hal yang paling penting adalah isi dari salurani itu.
M. Fajarli Iqbal
Branding & Content Consultant
fajarli6594@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H