Mohon tunggu...
fajarli iqbal
fajarli iqbal Mohon Tunggu... Editor - Content and Branding

Content Consultant

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jauh di Mata Dekat di Paket, Kisah Saya dan JNE

28 Desember 2021   20:27 Diperbarui: 28 Desember 2021   20:49 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Counter JNE di Dekat Rumah Saya Cilebut, Bogor (Dok. Pribadi)

Ini adalah kisah saya dan JNE. Kisah anak rantau dengan kampung halaman. Kisah seorang suami sekaligus seorang Ayah dan kisah pemerhati ekonomi rakyat.

Saat saya memutuskan merantau ke ibukota tentu itu bukan pilihan gampang. Banyak yang harus dipertimbangkan selain uang. Ada jarak yang akan memisahkan, ada ruang dan waktu antara saya dan aspek kehidupan saya yang dulu. Keluarga, teman dan relasi semua harus berjauhan. Beberapa tahun yang lalu saya putuskan merantau dari Aceh, propinsi paling ujung pulau Sumatra ke Jakarta pusat Indonesia yang ada di pulau Jawa.

Selang beberapa waktu kemudian saya menemukan tambatan hati saya di ibu kota. Seorang wanita Bogor. Tangguh, berani, baik hati dan tentu saja sangat cantik. Saya memutuskan menikahinya. Saya mengadakan acara resepsi di Aceh. Perempuan ini pun saya bawa ke Aceh. Melihat tempat tinggal saya lebih dekat.

Suatu malam saat saya sedang menimkati kampung halaman bersama istri saya dan keluarga besar saya. Ayah saya sedang memotong dan mengupas tebu yang tumbuh di kebun di samping rumah saat itu. Istri saya ditawari untuk mencobanya, meski tidak biasa dengan itu dia tetap mencobanya. Seorang perempuan kota mencoba mengunyah tebu itu untuk mencicipi airnya. Unik dan tak pernah dia coba. Dia suka, sangat suka. Sensasinya sangat berbeda dengan meminum air tebu. Lebih gurih. "Enak juga ya," ucapnya.

Selang beberapa hari kemudian, kami kembali ke Bogor. Saya pun harus kembali bekerja di Jakarta. Rutinitas kami berlanjut. Namun kisah tebu itu terus melekat pada istri saya. Saat istri saya hamil, entah mengapa dia ingin mencicipi kembali tebu itu. Tebu yang dikupas dan dikunyang langsung itu. Wah bawaan bayi ini, batin saya. Harus dituruti.

Saya menawarkan alternatif tebu yang tersedia di seputaran Jabodetabek. Tidak, dia jawab dengan kata tidak. Dia ingin tebu yang dulu itu. Tebu yang tumbuh di samping rumah saya di Aceh itu. Wah, kok bisa begitu. Tak punya pilihan lain, saya harus mewujudkannya.

Saya utarakan niat itu ke ibu saya. Sempat bingung dengan cara pengiriman. Saat itu beberapa hari menuju Idul Fitri, ekspedisi sangat sibuk. Namun tentu saja, tak lama kemudian tebu itu sampai dengan selamat di Bogor. Itu semua berkat JNE. Dengan penuh dedikasi dan kadang ada tenaga ekstra yang keluar. Tak lama kemuadian, dengan mobil ekspedisi, kurir mengantarkan paket saya dari Aceh. Paketnya lumayan besar dan harus dibawa menggunakan mobil. 

Perlu diketahui bahwa di daerah khususnya di Aceh, penyedia jasa ekspedisi tidak seramai di ibu kota. Bagi kami, jika ingin mengirim barang tentu akan ke kantor atau loket pengiriman JNE terdekat.  JNE lumayan tersedia  banyak di Aceh.

Kemudian saya merenung, ternyata JNE sudah merasuki kisah-kisah hidup saya sejak dulu. Saya ingat dulu sering membeli sesuatu yang ada di ibu kota dan dikirimkan ke Aceh. Jasa pengiriman yang dipakai adalah JNE. Seolah JNE memberikan solusi kepada kami yang tinggal di daerah untuk terus terhubung. Seolah pulau tidak menjadi batasan, jarak tidak menjadi halangan karena JNE punya solusinya.

Berkat JNE, Kuliah Saya Selesai Tepat Waktu

Saya kuliah di Universitas Syiah Kuala, di ujung pulau Sumatra, Banda Aceh. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang saya ambil hampir selesai. Saya harus Menyusun karya ilmiah pertama saya yaitu skripsi. Saat itu saya mengambil fokus Bahasa dan Sastra. Saya pun harus menyiapkan buku sebagai referensi. Petakanya di Aceh saat itu belum ada toko buku yang mumpuni. Gramedia belum ada saat itu di Aceh.

Terpaksa saya harus membeli buku secara online. Jenis pengiriman pun tentu saja melalui JNE. Uniknya kurir JNE dengan penuh tanggung jawab mengantarkannya. Bagaimana tidak, kos-kosan saya tidak punya alamat yang jelas. Tidak ada nama jalan, apalagi nomor rumah. hanya patokan per patokan. Namun kurir JNE saat itu bersedia menitipkan buku saya di pusat Gelanggang Mahasiswa. Sebuah tempat berkumpul mahasiswa untuk mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau organisasi mahasiswa lainnya.

Banyak sekali pengalaman saya Bersama dengan JNE saat saya di Aceh. Semua pengalaman itu menuju pada sebuah kesimpulan bahwa JNE telah membuat Indonesia terkoneksi. JNE telah membuat kita saling terhubung meski jarak memisahkan. Saya merasa JNE adalah solusi untuk negara kita yang sangat luas ini.

JNE Menjawab Tantangan Ekonomi Baru

Awal 2020 pandemi menyerang Indonesia. Perubahan drastis pun terjadi. Saya yang sebelumnya hampir setiap minggu berbelanja di mal harus di rumah saja. Kebutuhan belanja pun dilakukan dari rumah. Sekali lagi, JNE jadi solusi bagi saya. Pilihan pengiriman JNE menjadi paling terjangkau dan sangat cepat.

Namun bukan itu yang saya ceritakan. Ini adalah tentang JNE Bersama dengan lokapasar yang telah mendisrupsi pasar. Saat pusat perbelanjaan rontok, aplikasi penyedia barang tumbuh subur. Peran ekspedisi semakin krusial. JNE muncul menunjukan dirinya. Menjadi sentral dan memberikan solusi.

Seorang kolega saya menjual kopi yang telah dikemas rapi. DIberi merek dan dijual ke segala arah. DI Aceh tradisi minum kopi masih kental dilakukan di warung kopi. Membeli bubuk kopi dan menyeduhnya sendiri belum menjadi kebiasaan yang alami. Bagi kami, ngopi ya di warung kopi. Namun kolega saya ini tidak habis pikir, dia membuka peluang ke luar pulau. Rezekinya pun ada dan yang menjadi pengirimnya adalah JNE.

Itu adalah potret kecil bagaimana JNE menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Saya membayangkan, saat ini semua orang punya kesempatan sama. Siapa saja bisa menjadi pengusahan tanpa perlu toko fisik. Memulai dari rumah, kirim pakai JNE, beres. Ini adalah peluang bagi semua orang. Tidak ada alasan lagi menjadi penunda. Bayangkan Anda tinggal di ujung pulau Sumatra atau pulau Papua namun pelanggan Anda ada di tengah pulau Jawa. Semua masuk akal dengan internet dan jasa pengiriman handal yang bisa dipercaya.

Saat ini perekonomian bukan lagi di pasar. Semua tempat bisa menjadi pasar. Semua tempat bisa punya potensi. Ekspedisi pengiriman telah membawa hal ini ke tingkat selanjutnya. JNE saya rasa sudah punya segudang pengalaman dalam hal itu. JNE telah menjadi sentral sekaligus solusi bagi Indonesia yang snagat luas ini. Indonesia telah terhubung dengan JNE. Saya punya segudang kisah tentang JNE. Saya rasa Anda juga memilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun