Mohon tunggu...
Fajar Husen
Fajar Husen Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa akhir di Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Sejarah Saya mempunyai hobi membaca dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Policy Paper Normalisasi Nirunabi terhadap Paham Keagamaan Napiter di Rutan dan Lapas Gunung Sindur

28 Juni 2022   11:30 Diperbarui: 28 Juni 2022   11:41 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Militan adalah seseorang yang dianggap sebagai tentara-tentara jundullah (menurut mereka). Militan ini yang biasa ditemui apabila terjadinya tragedi pengeboman/pembajakan di tempat umum.

  • Simpatisan

Simpatisan adalah seseorang yang memberikan simpati dan biasanya berupa harta, dukungan moral, dan membantu untuk mencarikan tempat persembunyian.

  • Followers

Followers adalah orang yang ikut-ikutan dan tidak tahu apa-apa. Seperti pernah datang ke kajian, menulis tentang pertentangan ideologi pancasila di medsos, dan suatu yang mendukung konsep jihad yang salah.

Para teroris pada intinya bermasalah dalam memahami pokok ajaran Islam. Sehingga perkara ini menjadi persoalan internal yang harus diselesaikan dengan cara mengedepankan dialog sebagai pelurusan pemikiran paham Jihad. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa kebanyakan yang menjadi kelompok teroris berlatar belakang pesantren. Namun, karena salahnya pemahaman Jihad yang diajarkan setelah di luar pesantren, maka hal ini menjadi penyebab pemikiran mereka menjadi salah.

  • Kegiatan normalisasi pemahaman keagamaan ini dilakukan dengan cara :
  • Membuat sistem Madarasah dengan kurikulum internal yang mengedepankan materi tentang adab, akhlak dan kesabaran Rasulullah, Para Sahabat, dan Ulama. Materi tersebut Niru Nabi menggunakan Kitab Hayyatush-Shahabah dan Siroh Nabawiyah. Dalam kurikulum ini ditekankan untuk pemberian pemahaman Al-Jihadul Akbar yaitu jihad untuk memerangi hawa nafsu didalam diri sendiri.
  • Menghafalkan Al-Qur'an (Tahfidz) sebagai penguatan keimanan dalam diri napiter. Fakta yang penulis temukan di Rutan dan Lapas Gunung Sindur, para napiter belum tentu semua hafal 1 juz. Dari sini dapat disimpulkan bahwa mereka memang hanya terdoktrin masalah jihad dan negara Islam saja tetapi tidak memperhatikan aspek keilmuan Islamnya.
  • Memberikan konseling face to face tentang keluh kesah kehidupan yang dijalani oleh para napiter.
  • Memberikan kajian Sejarah Islam di Nusantara sebagai penguatan kebangsaan dengan menarik masalalu kehidupan kehidupan.
  • Output dan Dampak Normalisasi

Dari kegiatan tersebut, Niru Nabi telah berhasil mencapai titik kenormalan dalam berpikir secara keagamaan dan jihad. Penulis mendapatkan beberapa data-data santri Niru Nabi (dalam hal ini adalah napiter) yang telah bebas, sebagai berikut:

NoNamaAsal1Abdullah HuseinSolo2Nanang KurniawanRiau3Diki MaenakiRangkas Bitung4SayonoSolo5MansyurTegal6SiddiqPurwokerto7AfifBogor8Rangga PermadiTangerang

Saat ini narapidana kasus teroris yang mengikuti program Yayasan Niru Nabi di Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur sekitar 15 orang.

  • Kisah Sukses

 Beberapa santri Niru Nabi yang telah bebas sekarang kembali ke masyarakat. Seperti Diki Maenaki saat ini beliau mengurus Rumah Tahfidz dan Pesantren di rumahnya Rangkas Bitung. Lalu ada Afif yang saat ini bergabung di Yayasan Hubbul Wathon Indonesa-19 (HWI-19) di Sentul Bogor. Dan  Rangga Permadi yang berdagang Lumpia Semarang di sekitaran Bintaro. Melihat dari keberhasilan di atas, Penulis berharap dengan adanya program Normalisasi paham keagamaan oleh Yayasan NiruNabi dapat membantu menurunkan tingkat kejahatan terorisme di Indonesia. Dan semoga Indonesia menjadi negara yang aman, damai. Menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dengan Rabb yang Maha Pengampun), mempunyai sikap tassamuh yang besar sehingga tercapainya perbedaan tanpa permusuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku dan Jurnal:

Awwas. I.S. (2015). Kesaksian Pelaku Sejarah Darul Islam (DI/TII). Yogyakarta: Darul Uswah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun