Hasil dari persatuan asyarakat Islam di Ternate membuktikan bahwa hubungan antara Ternate dengan dunia Islam tidak pernah putus. Umat Islam melakukan gerakan tandingan dalam perdagangan yang berpusat di Hitu agar tidak pernah kekurangan akan rempah-rempah. Sultan Ternate memberikan kebijakan kepada Masyarakat Maluku untuk membuka kebun-kebun baru di pulau-pulau lainnya. Dampak dari kebijakan ini adalah Monopoli Portugis tetap selalu disaingi oleh para niaga Islam dari Hitu (Ali, 1963).
      Pada masa Sultan Baabullah, Ternate merangkul berbagai kekuatan dari seluruh Kepulauan Maluku, Makassar, Jawa, bahkan Melayu (Sumatera), yang membuat Portugis kewalahan. Pertempuran besar pun berlangsung. Dengan taktiknya, yakni mengepung dan menutup seluruh akses benteng milik Portugis, Sultan Baabullah akhirnya meraih kemenangan gemilang pada 1575. Pasukan Portugis lalu tercerai-berai. Kebanyakan melarikan diri ke negeri-negeri lain di Kepulauan Maluku, tapi tetap saja diusir, dan akhirnya sebagian kabur ke Pulau Timor. Ambisi Portugis yang sejak lama ingin menguasai perdagangan dan wilayah Maluku pun kandas.
DAFTAR PUSTAKA
- Ali, R.M. (1963). Peranan Bangsa Indonesia Dalam Sedjarah Asia Tenggara. Djakarta: Bhratara.
- Hamka, B. (2016). Sejarah Umat Islam: Pra-kenabian Hingga Islam di Nusantara. Jakarta: Gema Insani Press.
- Handoko, W. (2017). Ekspansi Kekuasaan Islam Kesultanan Ternate Di Pesisir Timur Halmahera Utara. Maluku: Balai Arkeologi.
- Rusdiyanto. (2018). Kesultanan Ternate dan Tidore. Manado: Institut Agama Islam Negeri.
- Suryanegara, A. M. (2016). Api Sejarah I. Bandung: Suryadinasti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H