Hujan terus mengalir sementara rindu tak dapat di bendung
Awan tak lagi sanggup menahan air hujan..
Seketika rintik turun, menghanyutkan tangis di pipi hingga tiba membasahi hati..
Kenapa selalu menjadi bagian paling di tangis ?
Bahkan sampai matahari terbenampun, rinduku tak lagi kau kenang..
Melalui aliran hujan hanya sedikit ingin kusampaikan kepada tangis yang datang..
Pertemuan yang tak kunjung di satukan, penantian begitu panjang, hingga sampai malam yang membingungkan..
Karena pada dasarnya, kau tak peduli secercah rindu yang enggan kau ucapkan..
Mulut serta jarimu kaku hanya mata yang mampu menjawab keraguan..
Aku sadar..
Tubuhku terlalu berat mengemban rindu sendirian yang terus kau tusuk dari belakang..
Sepertiga malam, ku sampaikan lewat angan do'a semoga kau tetap baik disana..
Kamu adalah alasanku untuk tidak berhenti..
Kuberanikan diri untuk menulis lembaran puisi yang syahdu di tengah hujan yang ramai..
Agar kau tahu, ketika ku bebankan sendirian tanpa ingin kau satukan, segala rindu yang dapat ku ucapkan hanya menjadi ke sia-siaan..
Lamongan, 9 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H