Mohon tunggu...
Fajar Wicaksono
Fajar Wicaksono Mohon Tunggu... -

Penggemar Bus. K-Popers, Khususnya Inspirit. Fotografer Freelance.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jakarta, Terlalu “Panas” untuk “Berkuasa”!

23 April 2016   07:18 Diperbarui: 23 April 2016   07:25 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi pemimpin dari Surabaya ini juga kurang lebih sama seperti Kang Emil. Prestasi dari domestik dan internasional terus mengucur ke kota ini.

Terlebih Bu Risma sudah blusukan ke Jakarta. Bolak-balik. Hanya untuk persiapan konferensi lingkungan Prepcom UN Habitat III yang akan digelar di Surabaya, setelah lebaran. Bu Risma secara jelas menolak untuk maju menuju DKI-1. Alasannya sama seperti Kang Emil, fokus untuk membenahi dan menyejahterakan warga Surabaya. Meski ia menang di Pemilukada serentak tahun 2015 kemarin.

Namun, situasi politik di Jakarta dan Nasional selalu labil dan ekstrem. Bisa berubah sesuai situasi politik ke depan. Apalagi media massa dan paparazzi selalu menanyakan tentang isu politik di DKI Jakarta saat ini. Tidak terkecuali, kita.

Itu adalah strategi PDI-P untuk menggiring beliau untuk membawanya ke-sana, perlahan-lahan. PDI-P sendiri memiliki kekuatan politik yang strategis dan massif karena sebagian berada di wilayah pemerintahan pusat dan daerah.

Terlebih Ahok pernah diperiksa KPK yang menjadi “power mindset” publik untuk menuntut Bu Risma maju di Pilkada DKI-1. Power mindset ini muncul di kalangan ekonomi dan intelektualitas yang lemah dan labil (mohon maaf).

Untuk mengalahkannya, salah satuKompasianer di sini kurang lebih berkata seperti ini, “Sering-seringin aja Ahok masuk KPK/BPK dan muncul di media. PDIP tinggal bawa Bu Risma aja ke Jakarta. Jelas, kan?”

Pesaing berikutnya, Yusril Ihza Mahendra dan (Ahmad Dhani)

Ini merupakan rival murni dari Jakarta dengan segala kongkalikong untuk menguasai Jakarta. Ketika kasus Kalijodo dan Sumber Waras mencuat, kekuatan politik tokoh ini langsung meninggi. Apalagi ada back-up-nya, Abraham Lunggana alias Lulung yang menyandang posisi penting di DPRD DKI dan bersitegang dengan Ahok ketika kasus UPS mencuat ke publik. Apalagi Ahmad Dhani malah ikut campur soal kasus Kalijodo.

Namun, power mindset sosok ini dianggap sebagai elektron oleh publik. Bermuatan negatif.

Iya, Ahmad Dhani sendiri pernah  bermasalah dalam dunia hiburan, keluarga dan selalu mencuat ke media di 2006. Dhani-Mulan, menjadi momok permasalahan dalam di hidupnya, penuh dramatisasi dan skenario untuk menjatuhkannya. Yusril Ihza Mahendra juga pernah bermasalah dengan kasus Sistem Administrasi Badan Hukum, walau ia lolos dari jeratan hukum.

Banyak sekali para bakal calon pemimpin DKI yang akan bersaing tahun depan, media dan publik sudah tahu rivalitasnya dan analisisnya seperti apa. Layaknya drama sepakbola, ini adalah atmosfer tertinggi di pemilukada di Indonesia, seperti biasanya.

Dari hasil komentator amatiran saya, Power mindset menjadi kunci utama perhelatan politik. Pengaruhnya, media, social media, komunikasi yang intensif sesama warga. Power mindset inilah yang membuat Jakarta terlalu “panas” untuk berkuasa. Ribuan persoalan di Jakarta menjadi momok dari “panas”nya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun