Mohon tunggu...
Fajar Billy Sandi
Fajar Billy Sandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a hidden king of rock and roll

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

#10 A Week at the Movies: "Young Adult," "Hugo," "Somewhere," "Tomboy," & "John Carter"

11 Maret 2012   04:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya saya akan mencoba untuk meresensi lebih banyak film dengan tidak berfokus pada satu film saja. Sebab, banyak film yang saya tonton dan lebih sering saya share di twitter ketimbang untuk menulis panjang di blog. Sehingga akhirnya saya menentukan untuk lebih sering menulis dengan meresensi secara singkat film-film yang saya tonton selama seminggu terakhir. Film-film ini saya tonton baik di bioskop maupun di DVD. Sudah sejak lama saya mempunyai program "one day, one movie." Mulai awal Maret 2012 ini, saya akan mem-posting tulisan setiap hari Minggu sebagai rubrik hiburan dan sekedar masukan untuk apa yang harus ditonton minggu ini. Mungkin cara ini lebih efektif karena lebih banyak film yang ditulis dalam porsi singkat dan padat serta lebih banyak tulisan yang dihasilkan. Jangan takut akan adanya spoiler, semua tulisan di sini spoiler-free, karena saya tidak akan mengurangi keasikan Anda dalam menonton. Selamat membaca dan selamat menonton! (FBS)

Young Adult (2011) A+

[caption id="attachment_167754" align="aligncenter" width="512" caption="Still of Charlize Theron and Patrick Wilson in Young Adult (Courtesy of Paramo � © 2011 Paramount Pictures and Mercury Productions, LLC. All Rights Reserved.)"][/caption]

Directed by Jason Reitman

Starring: Charlize Theron, Patrick Wilson, Patton Oswalt

Inilah film yang saya harapkan untuk bisa saya tonton di tahun 2011, namun baru Maret 2012 saya bisa menontonnya. Terlahir dari buah pikiran si jenius Diablo Cody, yang pernah menghebohkan dunia film dengan dialog slang-nya dalam Juno (Cody memenangkan Oscar untuk Skenario Asli Terbaik untuk Juno), Young Adult merupakan komedi satir yang sangat menggigit. Bercerita tentang Mavis Gary (Theron), sang penulis novel dengan genre young adult dan juga "psychotic prom queen bitch," pulang ke kampung halamannya dengan tujuan untuk merebut sang mantan pacar, Buddy (Wilson), yang sekarang sudah beristri dan memiliki kehidupan bahagia ala keluarga pinggiran di Amerika. Dalam "perjalanan spiritualnya" di kampung halaman tersebut, Mavis banyak mengeksplorasi kehidupan masa lalunya, salah satunya the awkward moment dengan Matt (Oswalt) dan berkaca atas kehidupannya sekarang. Sangat banyak dialog lucu nan menggigit hadir dalam film ini. Tentunya itu semua muncul berkat kerja sama yang hebat antara Cody, Reitman, dan Theron. Theron berhasil membawa sisi gelap Mavis, sebagai karakter anti-heroine yang mungkin tidak disukai penonton tetapi kadang bisa menaruh simpati terhadapnya. Seperti yang saya jelaskan, psychotic prom queen bitch. Sangat sayang bahwa juri Oscar melewatkan penampilan yang brilian dari seorang Charlize Theron (dia pernah memenangkan Oscar di tahun 2003 lewat fim Monster). Yang menjadikan Young Adult menarik adalah bahwa film ini seperti miniatur kehidupan yang nyata, kadang kita susah untuk melepaskan masa lalu dan ingin mencoba (atau mencurinya) untuk diperbaiki. Saya sangat suka dengan tagline film ini "everyone gets old, not everyone grows up" yang menggambarkan dengan jelas keseluruhan film. Sangat banyak memori tahun 90-an yang tergambarkan dengan baik. Dan saya yakin 100%, pasca menonton Young Adult, penonton akan jatuh cinta dengan lagu The Concepts yang menjadi soundtrack hidup Mavis. Sangat saya rekomendasikan. (trailer di sini)

Hugo (2011) A+

1331440026449268907
1331440026449268907
Still of Chloë Grace Moretz and Asa Butterfield in Hugo (© 2011 GK Films. All Rights Reserved.)

Directed by Martin Scorsese

Starring: Asa Butterfield, Chloe G. Moretz, Sir Ben Kingsley

Ah, Hugo! Pertama kali saya tonton film ini pada November 2011 dan masuk ke daftar 11 film terbaik saya (baca selengkapnya di sini) namun baru minggu ini saya berhasil menontonnya dalam format 3D. Hugo adalah sebuah surat cinta seorang legenda hidup perfilman (Scorsese) untuk seorang legenda perfilman yang lain (Melies). Mengambil latar waktu dan tempat sekitar tahun 1920-an di jantung kota Paris, Hugo bercerita tentang seorang anak bernama Hugo Cabret (Butterfield) dan mimpinya serta kecintaannya terhadap dunia film. Terpaparkan dengan manis bagaimana petualangan Hugo membawanya terhadap kotak harta karun mengenai film-film karya George Melies (Kingsley). Sebenarnya sama seperti The Artist, Hugo juga adalah sebuah homage untuk era awal perfilman, sama-sama tentang film bisu namun menggunakan sudut pandang yang berbeda. Dan kalau boleh jujur, Hugo jauh lebih bagus ketimbang The Artist sebab menonton Hugo seperti belajar singkat mengenai sejarah awal film melalu kacamata George Melies. Kita harus berterima kasih kepada beliau karena telah menciptakan efek spesial sederhana yang kala itu memukau publik Perancis. Inilah film yang berhasil menggabungkan fakta dan fiksi menjadi tonton yang apik. Sayang, Hugo hanya membawa pulang 5 piala Oscar untuk kategori teknis saja, padahal Hugo bisa berbicara banyak melebihi film bisu yang penuh gimmick tersebut (baca resensi The Artist di sini). Sangat saya rekomendasikan untuk menontonnya dalam format 3D. (trailer di sini)

Somewhere (2010) A-

[caption id="attachment_167759" align="aligncenter" width="512" caption="Still of Stephen Dorff and Elle Fanning in Somewhere (Photo by Merrick Morton � © 2010 Focus Features)"]

1331440439865791215
1331440439865791215
[/caption]

Directed by Sofia Coppola

Starring: Stephen Dorff, Elle Fanning, Michelle Monaghan

Somewhere, film yang pertama kali diputar di Festival Film Venesia tahun 2010 dan berhasil membawa pulang Golden Lion alias penghargaan untuk Film Terbaik (kontorversi!) adalah film ke-4 dari Sofia Coppola. Ya, Sofia Coppola adalah anak perempaun Francis Ford Coppola, genius dibalik film adaptasi trilogy The Godfather. Somewhere bercerita tentang dongeng kehidupan Hollywood dan hubungan seorang ayah, Johnny (Dorff) dan putrinya, Cleo (Fanning). Dengan tema kesendirian dan pencarian jati diri, ini adalah tema lama atau pengulangan yang dilakukan Sofia seperti film-film sebelumnya (Lost in Translation, The Virgin Suicide, dan versi rock n' roll-nya Marie Antoinette). Saya pikir tadinya ini hanyalah sebuah kisah pelarian Hollywood biasa ala Sofia Coppola, namun ada banyak sisi lain yang lebih dari itu. Itu semua berkat struktur naratif cerita yang natural, bahkan penggunaan musik hanya sebagai latar saja seperti dari radio atau kaset. Bagi yang belum pernah menonton film-film Sofia Coppola yang lain, Somewhere bisa jadi membosankan karena minim dialog, lebih kepada penangkapan "diam" para aktor-aktormya. Namun bila sudah terbiasa dengan formula yang dibawakan, Somewhere bisa membawa Anda lebih jatuh cinta pada Sofia Coppola. Coba tonton sendiri. (trailer di sini)

Tomboy (2011) A

[caption id="attachment_167760" align="aligncenter" width="510" caption="Sumber IMDb untuk Tomboy"]

13314407371194366312
13314407371194366312
[/caption]

Directed by Celine Sciamma

Starring: Zoe Heran

Tema LGBT salah satu tema yang menarik untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin bila berbicara LGBT dan menggunakan sudut pandang orang dewasa sudah lumrah. Akan tetapi, Tomboy, film dari Perancis, berani menceritakan hal tabu tersebut melalui kacamata seorang perempuan kecil berusia 10 tahun. Laure (Heran) dan keluarganya pindah ke rumah baru, namun semakin merasa bahwa dia adalah laki-laki yang terjebak di tubuh perempuan. Ketika akhirnya dia mengenalkan diri sebagai Mikael pada teman-temannya dan bertingkah layaknya anak laki-laki sungguhan membuat masalah semakin rumit.

Bagi saya, film berdurasi 84 menit ini sangatlah kompleks sebab tema tabu tersebut dibawakan oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun. Memang bahwa usia seperti ini adalah masa pencarian jati diri tentang "siapa saya" dan "akan menjadi apa saya." Film ini tidak mempertanyakan mana yang salah dan mana yang benar, sebab bagaimanapun kita semua adalah manusia yang sama. Ini adalah sebuah film dewasa lewat media anak-anak dan dikonsumsi hanya bisa untuk dewasa. Salut untuk para pemain anak di film ini, semuanya terlihat natural, terutama untuk Heran yang bertranformasi dengan baik sebagai Laure maupun Mikael. Coba para orang tua untuk menonton film ini dan berpikir lebih terbuka lagi. Direkomendasikan. (trailer di sini)

John Carter (2012) B

[caption id="attachment_167761" align="aligncenter" width="511" caption="Still of Taylor Kitsch in John Carter (© 2011 Disney. JOHN CARTER ERB, Inc.)"]

13314410212021065159
13314410212021065159
[/caption]

Directed by Andrew Stanton

Starring: Taylor Kitsch, Lynn Collins, Mark Strong

Andrew Stanton, yang lebih dikenal sebagai sutradara film animasi seperti Finding Nemo dan Wall-E, juga mencoba peruntungannya menjadi sutradara film live-action lewat John Carter. Sebelumnya, teman Stanton, Brad Bird, telah sukses berpindah jalur dari animasi (The Incredibles, Ratatouille) ke live-action (Mission: Impossible-Ghost Protocol). Kali ini Stanton mengadaptasi kisah seri A Princess of Mars yang berfokus pada karakter utama pria John Carter karya Edgar Rice Burroughs (yang juga menciptakan karakter Tarzan) yang pertama kali diterbitkan sekitar 100 tahun lalu, yaitu 1912. Menggabungkan tema mitos, sihir, dan fiksi ilmiah, John Carter bercerita tentang petualangan Kapten John Carter (Kitsch), seorang mantan panglima perang dari Virginia, yang secara misterius terbawa ke planet Barsoom (sebutan planet Mars). Di planet tersebut, ia terjebak perang yang tengah berlangsung antara klan Helium, Zodanga, serta alien Tharks. Sebagai satu-satunya manusia di planet tersebut, John Carter menunjukkan banyak kehebatan dan mungkin bisa menjadi penyelamat. It's like a maroon version of Avatar from Disney.

Walaupun adaptasi, bisa dibilang John Carter adalah salah satu dari sedikit film di Hollywood yang mengambil tema dan desain asli. Nama besar Disney sebenarnya sudah menjadi jaminan. Terbukti dari tampilan visual John Carter yang memang diisi oleh grafis halus dan penuh imajinatif (favorit saya anjing alien bernama Woola). Tapi sayang, beberapa ide asli itu terkadang susah untuk tidak dibandingkan dengan film sejenis seperti Star Wars maupun Avatar karena bisa dilihat beberapa hal yang serupa bila tidak dibilang mirip 100%. Mungkin John Carter banyak mendapat pengaruh dari film-film sejenis. Budget yang dikeluarkanpun sangat besar, sekitar 250 juta dollar, yang sebenarnya adalah perjudian besar. Ini bukan sequel atau diambil dari seri yang popular. Bahkan bagi saya sendiri, judul John Carter agak kurang menjual dan kurang berbau fiksi ilmiah bagi yang tidak tahu seri ceritanya (awalnya akan diberi judul John Carter of Mars, namun dibatalkan oleh Stanton sendiri). Sayang, tampilan sempurna John Carter tidak mampu menutup stuktur naratif cerita yang kosong. Karakter John Carter kurang kuat begitupun para karakter bawahan dan alur cerita yang dibangun. Penonton bisa dengan mudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya alias predictable. Beberapa adegan perang tidak terlalu memorable dan saya kira tadinya Michael Giaccino mampu menyuguhkan musik latar yang mengagumkan, ternyata hasilnya biasa saja. Tapi tetap John Carter bukan film yang jelek, namun reputasi seorang Andrew Stanton yang mahir dibidang animasi harusnya bisa membuat John Carter jauh lebih bagus. Honestly, I expect more from him. Tidak perlu membuang uang untuk menonton versi 3D-nya karena ini adalah film yang dikonvert menjadi 3D. Bahkan sang sutradara juga menyarankan untuk menontonnya dalam tampilan 2D-nya lebih baik. Karya perdana Stanton di dunia live-action sepertinya kurang memuaskan. But still, John Carter is a good popcorn movie, a fun-ride-extravagant to Mars. Jangan beranjak dulu setelah film usai karena akan ada sedikit persembahan untuk Steve Jobs, orang yang berjasa besar bagi Pixar dan Disney. (trailer di sini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun