[caption id="attachment_167759" align="aligncenter" width="512" caption="Still of Stephen Dorff and Elle Fanning in Somewhere (Photo by Merrick Morton � © 2010 Focus Features)"]
Directed by Sofia Coppola
Starring: Stephen Dorff, Elle Fanning, Michelle Monaghan
Somewhere, film yang pertama kali diputar di Festival Film Venesia tahun 2010 dan berhasil membawa pulang Golden Lion alias penghargaan untuk Film Terbaik (kontorversi!) adalah film ke-4 dari Sofia Coppola. Ya, Sofia Coppola adalah anak perempaun Francis Ford Coppola, genius dibalik film adaptasi trilogy The Godfather. Somewhere bercerita tentang dongeng kehidupan Hollywood dan hubungan seorang ayah, Johnny (Dorff) dan putrinya, Cleo (Fanning). Dengan tema kesendirian dan pencarian jati diri, ini adalah tema lama atau pengulangan yang dilakukan Sofia seperti film-film sebelumnya (Lost in Translation, The Virgin Suicide, dan versi rock n' roll-nya Marie Antoinette). Saya pikir tadinya ini hanyalah sebuah kisah pelarian Hollywood biasa ala Sofia Coppola, namun ada banyak sisi lain yang lebih dari itu. Itu semua berkat struktur naratif cerita yang natural, bahkan penggunaan musik hanya sebagai latar saja seperti dari radio atau kaset. Bagi yang belum pernah menonton film-film Sofia Coppola yang lain, Somewhere bisa jadi membosankan karena minim dialog, lebih kepada penangkapan "diam" para aktor-aktormya. Namun bila sudah terbiasa dengan formula yang dibawakan, Somewhere bisa membawa Anda lebih jatuh cinta pada Sofia Coppola. Coba tonton sendiri. (trailer di sini)
Tomboy (2011) A
[caption id="attachment_167760" align="aligncenter" width="510" caption="Sumber IMDb untuk Tomboy"]
Directed by Celine Sciamma
Starring: Zoe Heran
Tema LGBT salah satu tema yang menarik untuk diangkat ke layar lebar. Mungkin bila berbicara LGBT dan menggunakan sudut pandang orang dewasa sudah lumrah. Akan tetapi, Tomboy, film dari Perancis, berani menceritakan hal tabu tersebut melalui kacamata seorang perempuan kecil berusia 10 tahun. Laure (Heran) dan keluarganya pindah ke rumah baru, namun semakin merasa bahwa dia adalah laki-laki yang terjebak di tubuh perempuan. Ketika akhirnya dia mengenalkan diri sebagai Mikael pada teman-temannya dan bertingkah layaknya anak laki-laki sungguhan membuat masalah semakin rumit.
Bagi saya, film berdurasi 84 menit ini sangatlah kompleks sebab tema tabu tersebut dibawakan oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun. Memang bahwa usia seperti ini adalah masa pencarian jati diri tentang "siapa saya" dan "akan menjadi apa saya." Film ini tidak mempertanyakan mana yang salah dan mana yang benar, sebab bagaimanapun kita semua adalah manusia yang sama. Ini adalah sebuah film dewasa lewat media anak-anak dan dikonsumsi hanya bisa untuk dewasa. Salut untuk para pemain anak di film ini, semuanya terlihat natural, terutama untuk Heran yang bertranformasi dengan baik sebagai Laure maupun Mikael. Coba para orang tua untuk menonton film ini dan berpikir lebih terbuka lagi. Direkomendasikan. (trailer di sini)