[caption id="attachment_141505" align="aligncenter" width="535" caption="Poster"][/caption]
Rise of the Planet of the Apes (2011) ★★★☆
Directed by: Rupert Wyatt
Starring: James Franco, Freida Pinto, John Lithgow, Andy Serkis, Brian Cox
Jujur, film ini bukan merupakan film yang saya tunggu di tahun 2011 dan juga saya bukan fans berat dari franchise Planet of the Apes. Tiba-tiba saja selama dua minggu berturut-turut, Rise of the Planet of the Apes menguasai box office Amerika Serikat dan Kanada serta mendapat sambutan hangat dari para kritikus. Lalu apa yang terjadi? Memang sejak era Batman-nya Christopher Nolan dengan prequel Batman Begins, The Dark Knight, serta tahun depan The Dark Knight Rises, film-film prequel ataupun reboot buatan Hollywood menjadi lebih bagus ketimbang film aslinya (atau mungkin Hollywood sudah kehabisan ide?). Begitupun dengan Rise of the Planet of the Apes yang bisa saya katakan sebagai salah satu kuda hitam film-film musim panas tahun ini, selain film The Help tentunya.
Sama seperti kebanyakan prequel, Rise of the Planet of the Apes berfokus pada cerita yang jauh terjadi sebelum masa Planet of the Apes (film asli dirilis tahun 1968 dengan bintang si Ben Hur Charlton Heston dan di-remake oleh Tim Burton di tahun 2001) yaitu ketika para simpanse masih menjadi kelinci percobaan. Fokus cerita adalah Caesar, simpanse pintar hasil "olahan" Will Rodman (James Franco, peran keduanya pasca tragedi Oscar 2011) yang menjadi pintar luar biasa. Ternyata kepintaran Caesar (Andy Serkis, akan ada paragraf sendiri untuk membahas tokoh Caesar ini) malah membawa banyak masalah baru bagi kehidupan Will, seperti masalah sang ayah yang terkena penyakit alzheimer dan pacar Will yang juga seorang dokter hewan (Freida Pinto, si cantik Latika dalam Slumdog Millionaire). Idenya ingin membawa bencana epidemik bagi seluruh dunia, namun karena ini film prequel, mungkin baru dijelaskan terlebih dulu sebab-sebabnya.Secara cerita maupun konflik yang terjadi sebenarnya cukup klise dan khas Hollywood, namun tokoh Caesar, si simpanse pintar inilah yang mencuri perhatian selama 105 menit.
Ok, apa sebenarnya yang membuat tokoh Caesar ini menarik? Dia adalah seekor simpanse dan bukan 100% simpanse asli. Caesar dimainkan oleh Andy Serkis, yang merupakan orang kunci yang berhasil menghidupkan tokoh Gollum dalam trilogi The Lord of the Rings dan si King Kong dalam film remake King Kong. Sama seperti Gollum, Andy Serkis hanya "meminjamkan" badannya yang nanti akan diganti secara digital oleh para pembuat spesial efek. Yang terjadi adalah walaupun Caesar merupakan tokoh CGI tetapi sama sekali tidak kehilangan emosi sedikitpun. Penonton benar-benar bisa merasakan pilu hati Caesar sebagai kelinci percobaan, bahwa bukan ini yang ia inginkan tetapi atas keserakahan manusia. Banyak kritikus film yang berpendapat bahwa Andy Serkis layak mendapatkan nominasi Oscar untuk perannya ini. Walaupun saya kurang yakin bagi para juri Oscar untuk bisa memasukkan tokoh CGI ke dalam salah satu nominasinya.
Sutradara baru yaitu Rupert Wyatt (ini merupakan film keduanya) berhasil membawa petualang para simpanse ini menjadi penuh intrik dan sangat membumi. Jarang ada sutradara baru yang mampu meramu film aksi musim panas dengan sebaik ini. Secara tersirat, Rise of the Planet of the Apes menggambarkan keserakahan manusia. Dengan sifatnya yang merasa superior dan merasa paling pintar, manusia mencoba menjadi "Tuhan" yang baru dengan mengubah seekor simpanse menjadi pintar. Dengan dalih alasan sebagai proses evolusi. Manusia tidak bisa mengubah kodrat makhluk lain. Namun bila hal ini terjadi, yang ada hanyalah bencana dan bencana. Banyak makna simbolik dalam film ini. Setting tempat mengambil kota San Fransisco yang modern, beserta jembatan Golden Gate yang sudah terkenal itu. Saya menganggap bahwa jembatan Golden Gate sebagai penghubung antara dunia manusia (kota San Fransisco) dengan dunia hewan (hutan). Dan jembatan Golden Gate menjadi aksi puncak peperangan antara simpanse yang telah berevolusi dengan para manusia serakah. Hampir 30 menit adegan puncak ini berlangsung dan tidak terbesit rasa jenuh sedikitpun. Sangat-sangat berbeda dengan adegan puncak Transformes: Dark of the Moon yang juga tersaji dengan durasi yang cukup lama tanpa adanya dialog. Karena yang membedakan adalah walaupun yang muncul tokoh-tokog CGI tetapi emosi mereka bisa dirasakan oleh penonton, yaitu simpanse yang memiliki perasaan bukan robot kaleng yang tidak berhati. Itulah yang menurut saya unsur paling penting dalam sebuah film yaitu film yang bisa menjalin emosi secara langsung dengan penontonnya tanpa merasa dibuat-buat.
Film ini berakhir dengan manis (saya tidak akan menceritakannya) dan sama seperti film-film prequel ataupun sequel diakhir film diberikan benang merah yang masih bersangkutan dengan film aslinya buatan tahun 1968 (perhatikan baik-baik papan yang ada di bandara). Rise of the Planet of the Apes merupakan film hiburan yang menarik, satir, dan juga sentimentil. Tidak terlalu telat dengan jadwal rilis asli di Amerika tanggal 5 Agustus 2011. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali, bukan? Patut untuk ditonton. (FBS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H