Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Orang Indonesia (Masih) Suka Klenik?

13 September 2019   18:34 Diperbarui: 13 September 2019   19:04 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah klenik dan berbau mistis tentang KKN di Desa Penari cepat sekali viral di Indonesia. Jagat maya dipenuhi ulasan mengenai kisah-kisah ini. Ini bukan hal yang baru untuk alam Indonesia. Karena Indonesia lahan yang subur sekaligus pasar menjanjikan bagi jualan cerita-cerita mistis, supranatural, dan hal-hal lainnya yang beraroma klenik atau goib.

Dua puluh tahun silam, sebagai mahasiswa Fakultas Filsafat, saya dibuat terperangah oleh kejadian unik. Salah seorang dosen Filsafat Barat jebolan doktoral kampus ternama di Jerman mengundang para mahasiswa mengikuti upacara ruwatan menurut adat Jawa bagi anak bungsunya yang sakit-sakitan. 

Kontan saja reaksi beragam muncul di kalangan mahasiswa dan juga dosen. Tidak sedikit yang berkomentar miring seperti: percuma kuliah filsafat barat sampai doktoral di Eropa, jika mentalitasnya tetap klenik. 

Yang menarik adalah reaksi dosen tersebut ketika intelektualitas dan rasionalitasnya digugat para mahasiswa. Beliau hanya menjawab singkat: "pada masa kini, filsafat barat yang mengedepankan rasionalitas yang rigit, terukur, dan sistematis malah gagal menjelaskan fenomena alam dan dunia yang ternyata masih penuh dengan misteri."

Menurutnya, ada bagian dari kenyataan dunia yang takbisa mampu dipahami dan dijelaskan dengan akal sehat seturut kerangka berpikir barat.

Contohnya: mengapa orang Indonesia masih mengatakan beruntung ketika sudah mengalami peristiwa buntung? Ketika kita jatuh dari motor, penuh luka tetapi sempat mengatakan untung tidak mati? Ketika rumah dan segala isinya ludes dilalap api, tetapi masih mengatakan untung keluarga kami selamat? Ketika seorang Indonesia mengatakan, "ya" sambil manggut-manggut ternyata tidak berarti setuju?

Untuk pola pikir barat, pendekatan terhadap realitas selalu hitam-putih, 'either or' alias bukan ini, berarti itu-bukan hitam, berarti putih. Tetapi bagi kita orang Timur selalu saja ada wilayah arsiran di antara hitam-putih, 'both and', merangkul, tidak benar-benar hitam, tidak pernah benar-benar putih. 

Bagi kita selalu ada ruang arsiran di antara hitam dan putih alias wilayah abu-abu. Wilayah abu-abu inilah yang disebut dengan ruang misteri yang kebanyakan taktertebak oleh akal sehat menurut tradisi filsafat barat.

Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh pandangan terhadap realitas alam dan dunia yang berbeda. Bagi pola pikir barat kenyataan dunia ini lebih didekati secara rasional materialistik, sehingga lebih terukur secara matematis. 

Bagi kita, dunia tidak hanya bersifat materialistik rasional, tetapi juga spiritual suprarasional (irasional?). Tidak semua fenomena dunia bisa dipahami dan dijelaskan dengan akal sehat. Artinya, ruang bagi misteri terbuka sangat lebar dalam struktur berpikir khas Timur (Indonesia).

Oleh karena itu, fenomena gaib, cerita-cerita mistis, kekuatan suprantural, blak magic, santet (sampai-sampai DPR pun membuat undang-undang tentang santet) makhluk astral, orang pintar atau paranormal laris manis di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun