Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Medsos, Fenomena Christian Prince dan Zakir Naik serta Tantangan bagi Agama

24 Agustus 2019   13:19 Diperbarui: 24 Agustus 2019   22:53 17949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi yang didukung oleh internet telah menjadikan dunia selebar layar ponsel, laptop, televisi, dll. Gayung bersambut, aplikasi-aplikasi media sosial melalui fasilitas internet telah membawa perubahan besar dan kejutan tanpa henti bagi umat manusia. 

Batas-batas geografis, jarak, maupun waktu dilibas, diperpendek, bahkan dihapus. 

Dunia pun menjadi sedemikian terbuka. Apa yang selama ini tertutup atau diusahakan tertutup, perlahan-lahan disingkapkan ke ruang publik. 

Demikianpun peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain pada detik sesudahnya bisa diakses oleh masyarakat di belahan dunia manapun. 

Agama-agama tidak luput dari tantangan ini.

Di satu sisi, internet dan media sosial membawa dampak postif bagi para pemeluknya dan juga bagi umat manusia. 

Berkat internet dan medsos, para pemeluk agama yang berbeda bisa lebih leluasa berinteraksi dan bertukar informasi tentang agama dan keyakinannya untuk saling memperkaya.

Masing-masing pemeluk agama bisa menjadikannya sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agamanya kepada umat manusia untuk mendapatkan pengikut.

Melalui medsos, para pemuka agama bisa menyebarluaskan informasi tentang ajaran agamanya secara murah, cepat, dan efektif kepada umat yang seagama tanpa melewati birokrasi yang berbelit, langsung menuju ke laman/akun pribadi setiap umat yang ada di seluruh dunia.

Berkat internet, solidaritas sosial semesta dapat digalakan di antara umat beragama yang berbeda untuk memberantas ketidakadilan sosial, kerusakkan lingkungan hidup, dan persoalan-persoalan sosial-kemanusiaan lainnya.

Akan tetapi, bak pisau bermata dua, internet dan media sosial membawa tantangan tersulit (negatif?) bagi agama. keterbukaan informasi memaksa agama-agama besar dunia harus siap untuk 'dikuliti' dan 'dibedah' serta dikritisi oleh siapa pun. 

Lihat saja di Youtube! Bermunculan para tokoh yang punya 'spesialisasi' untuk mengkritisi Kitab Suci dan ajaran agama tertentu.

Sebut saja Christian Prince yang melalui akun Youtub telah membuka diskusi publik dengan siapa pun untuk membahas topik-topik Kitab Suci dan ajaran Islam maupun Kristiani. Christian Prince melayani para penelpon dari seluruh dunia untuk berdebat dengannya.

Bahkan beberapa tokoh yang disebutkannya pakar agama di Indonesia ditantangnya untuk berdiskusi secara live. 

Video-video perdebatannya selalu ramai ditonton dan dibagi ke mana-mana.

Menurutnya, tidak sedikit para pendebatnya mengubah keyakinannya usai berdebat.

Reputasinya menggentarkan, sehingga Christian Prince dianggap pemerintah Pakistan orang paling berbahaya bagi kelangsungan hidup mayoritas pemeluk Islam di sana. Christian Prince dianggap menjadi ancaman bagi umat Islam di Pakistan oleh karena ia telah menguliti dan mengeritik Kitab Suci dan ajaran Islam, sehingga bisa menggoyahkan iman masyarakatnya.

Selain itu, ada Zakir Naik yang namanya lagi viral saat ini di Malaysia. Zakir Naik dianggap sebagai apologetis terbaik agama Islam. Melalui ceramah dan video-vodeonya, publik bisa mengakses aneka kritiknya tentang Kitab Suci dan ajaran Kristiani. 

Berbeda dengan Chiristian Prince, Zakir Naik tidak melayani perdebatan agama secara live atau berinteraksi langsung secara online dengan publik.

Zakir Naik juga memiliki banyak peminat dan video-video ceramah atau perdebatannya juga disebarluaskan ke mana-mana.

Selain kedua tokoh di atas, masih ada begitu banyak 'artis pengajar agama online' lainnya, seperti James White, dll. 

Para artis online ini 'berjualan' ilmu agamanya masing-masing melalui media sosial. Mereka tampaknya sangat bebas dan lepas ketika menguliti dan mengritisi Kitab Suci dan ajaran agama tertentu.

Lahirnya tokoh-tokoh pengajar agama online yang memanfaatkan internet dan medsos untuk mengkritisi Kitab Suci dan Agama tertentu memicu aneka reaksi dari pemerintahan, otoritas agama, dan para pemeluk agama. 

Bagi yang belum siap dengan perubahan yang terjadi, langsung bersikap defensif dan melakukan upaya-upaya pemblokiran terhadap yang bersangkutan. 

Bagi yang sudah siap, mereka lebih terbuka, membiarkan para artis agama ini berdebat di media sosial tanpa ada tindakan pemblokiran/penjegalan.

Bagi mereka, apapun kritik dan keberatan yang diajukan oleh para 'guru agama' online ini merupakan bagian dari cara alami untuk pemurnian agama, sekaligus ujian gratis bagi otentitas Kitab Suci dan ajaran agamanya di hadapan publik.

Sikap ini lebih tepat karena lebih realistis dan menujukkan kematangan berpikir yang mengakui bahwa apapun informasi dan isu dalam setiap agama pasti akan dikuliti di ruang publik di era mileneal. 

Meminjam teori seorang filsuf, Rolan Bartes tentang tanda dan hermeneutika, setiap agama pun harus siap menjadi buku yang terbuka untuk dikuliti, dibedah, dicacah, dan diinterpretasi publik. 

Yang harus dilakukan oleh otoritas tertinggi masing-masing agama hanyalah berusaha memperkuat pengajaran internal kepada para penganutnya dengan tetap mengedepankan rasionalitas agar para pemeluk agamanya tidak beriman secara buta dan naif.

Dengan kata lain, sejak saat ini, agama yang tertutup terhadap kritik harus siap-siap di-peti es-kan. Keterbukaan terhadap kritik agama menjadi kunci untuk perubahan paradigma dalam beragama bagi para pemeluknya. Jika tidak, ajaran Kitab Suci hanya akan menjadi fosil purba yang tidak relevan lagi bagi kaum milenial di masa depan.

Mampukah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun