Kepada seorang pemimpin, saya akan menunjukkan loyalitas saya sejauh kepemimpinannya tidak "mengangkangi" profesionalisme profesi saya. Apa maksudnya?
Jika kepemimpinannya kemudian menghambat saya untuk menjadi profesional dalam bidang saya, maka saya akan lebih memilih untuk loyal kepada profesi saya daripada kepada pimpinan saya.
Dalam hal ini, loyalitas kepada pemimpin tidaklah mutlak perlu untuk menunjang profesionalisme seseorang. Jadi, untuk menjadi profesional tidak mutlak perlu dukungan kesetiaan terhadap pimpinan. Mengapa?
Karena bisa saja, seorang pemimpin itu tidak benar-karena dia manusia biasa yang kebetulan dipercayakan untuk memimpin sementara waktu. Dalam kemanusiaannya, bisa saja seorang pemimpin keliru di dalam kepemimpinannya, keliru di dalam mengambil kebijakkan terkait jawatan/instansi/perusahaan yang dipegangnya.
Di sinilah, saya mengatakan pentingnya kehati-hatiaan dalam menerapkan loyalitas kepada pemimpin yang bisa saja jatuh di dalam "kesetiaan buta" atau tindakan Asal Bapa Senang (ABS).
Inilah yang terkadang tidak membuat orang yang dipimpin menjadi kritis terhadap pemimpinnya yang keliru/salah. Bahkan dalam hal tertentu, bisa saja "kesetiaan buta" terhadap pemimpin malah menjerumuskan seseorang untuk menjadi tidak profesional di dalam bidangnya.
Sebagai contoh: ada seorang PNS di sebuah jawatan yang berprofesi sebagai bendahara. Sebagai seorang bendahara, ia dituntut untuk profesional dengan bersikap loyal terhadap profesi yang diembannya.
Sialnya, ia mendapatkan seorang kepala kantor/pimpinan yang ‘bengkok hati’. Suatu ketika, ia dipaksa untuk ‘mark up’ di dalam laporan keuangan sampai dengan diminta untuk membuat ‘transaksi fiktif’ di dalam laporan keuangan. Sebagai bawahan ia tertekan sekali menghadapi situasi tersebut.
Kemudian ia curhat kepada saya, apa yang dialaminya. Saya katakan: “biar kamu ditendang dari profesimu sebagai bendahara oleh pimpinanmu yang tidak benar, tetapi jangan korbankan profesionalitasmu sebagai seorang bendahara yang jujur. Tulis saja apa adanya!”
Hasilnya, ia memang dicopot dari jabatannya karena tidak loyal kepada pemimpin yang tidak benar, tetapi nuraninya menang!
Oleh karena itu, saya lebih memilih untuk loyal terhadap profesi daripada loyal kepada seorang pemimpin, karena loyalitas kepada pemimpin tetap membutuhkan sikap kritis!