[caption id="attachment_250560" align="aligncenter" width="588" caption="Ilustrasi: Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat berbincang dengan Kompascom, di Balaikota Jakarta, Kamis (23/5/2013). | Kompas.com/Kurnia Sari Aziza"][/caption]
Jokowi yang fenomenal muncul pada saat tepat. Ia hadir ketika moralitas kepemimpinan para pemimpin di negeri ini mulai merosot, dipertanyakan, dan digugat oleh rakyat. Ia terbit bak fajar pagi yang menghalau kepekatan pesimisme massal akan adanya pemimpin-pemimpin amanah. Gebrakannya sebagai wali kota Solo dan DKI Jakarta membuka mata dunia, Asia, dan Indonesia bahwa masih ada harapan negeri ini akan dipimpin oleh seorang politisi pekerja, seorang negarawan sejati yang dapat membawa Bangsa Indonesia keluar dari keterperukan.
Di balik tubuh kurus dan ringkihnya ada kekuatan maha dahsyat bak elan vital yang menggerakkan seluruh gaya kepemimpinannya. Dia adalah figur pemimpin yang punya prinsip kepemimpinan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Apa saja elan vital yang memotori kepemimpinan Jokowi?
Di bawah ini disajikan beberapa kalimat kunci atau kata-kata mutiara yang menjiwai kepemimpinan Jokowi. Kata-kata ini sering dilontarkan Jokowi dalam berbagai kesempatan. Kata-kata itu bukanlah sebuah retorika semu, tetapi kristalisasi pengalaman hidup dan karya yang telah ia jalani dalam separuh waktu hidupnya. Kata-kata itu hanyalah ringkasan dari apa yang ia hayati secara pribadi maupun sebagai seorang pemimpin.
“Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yang membuat jadi sulit. Jadi, jangan mudah menyerah!”
Bagi Jokowi, ketakutan terbesar manusia adalah ketika ia mengalami kesulitan dalam hidup: sulit makan, sulit tidur, sulit dalam studi, sulit keuangan, sulit BBM, sulit dapat jodoh, atau sulit segalanya. Aneka kesulitan dalam hidup inilah yang merenggut keberanian kita untuk berjuang dan bertarung memenangkannya. Jokowi telah membuktikannya. Ia terlahir sebagai anak dari keluarga yang sulit secara ekonomis dan finansial. Ia bukan dilahirkan dari keluarga kaya dengan segala kemewahannya. Kesulitan ekonomi memaksanya harus bertarung untuk mengalahkannya meskipun itu dengan cara berdagang kecil-kecilan, mengojek payung dan menjadi kuli panggul untuk bisa menombok minusnya biaya hidup dan sekolah sampai akhirnya ia pun menyabet gelar Insinyur Kehutanan dari Universitas ternama di Indonesia, UGM. Ia membuktikan bahwa kemiskinan dan kesulitan ekonomi keluarga bukanlah alasan untuk takut dan menyerah pada keadaan. Selalu ada jalan terbaik dari Yang Kuasa asal manusia mau berusaha dan bekerja keras.
Semangat untuk mengalahkan rasa takut dalam menghadapi kesulitan ini pun ia lakoni dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Ia juga mengalami masa-masa sulit ketika harus bekerja di tengah hutan, kembali ke daerahnya, berkuli pada orang lain, sampai akhirnya bisa menjadi salah satu penguasaha mebel yang produk-produknya mampugo iternational. Tentu semuanya itu tidak terlepas dari kerja keras dengan menjadikan kesulitan sebagai motivasi utama untuk sukses.
Ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo sederetan penghargaan atas keberhasilannya ia terima baik di tingkat nasional, asia, maupun dunia. Dari dalam negeri, penghargaan ia dapatkan dari Majalah Tempo sebagai salah satu dari sepuluh tokoh 2008. Menyusul pada 12 Agustus 2011 ia mendapatkan penghargaan Bintang Jasa Utama karena menjadi kepala daerah pengabdi rakyat. Di pentas dunia, ia mendapatkan anugerah sebagai salah satu wali kota terbaik dunia. Karena kepempinannya “yang tudak menyerah pada rasa takut akan kesulitan,” maka Solo mendapatkan wajahnya yang baru dan menjadi obyek kajian dan percontohan bagi Universitas mancanegara.
Setelah Solo dijadikan baru ia melangkah ke Ibu Kota dengan mengalahkan rasa takut sebagai wong ndeso. Banyak orang Jakarta, terutama para pendukung lawan politiknya ‘mengecilkannya’ dan meragukan kemampuannya dengan mengatakan: ‘Jakarta tidak seperti Solo’, ‘bisa apa wong deso ke Kota Metropolitan,’ dan aneka hujatan lain dengan tujuan mematahkan semangatnya. Apakah dia menyerah? Dia menjadikan semuanya itu sebagai motivasi untuk bertarung ‘untuk mencabut kumis harimau’ di rimba raya kesulitan Jakarta. Pertarungan itupun dimenangkan oleh wong ndeso ini. Dia berhasil memimpin DKI Jakarta dan perlahan-lahan bersama Ahok mulai membenahi Jakarta agar menjadi baru sama seperti Solo yang sudah pernah dijadikannya baru.
“Pemimpin adalah ketegasan tanpa ragu.”
Bagi Wong Solo ini menjadi pemimpin yang baik tidak bisa menyenangkan semua orang dengan bersikap lembek dan kompromistis terhadap hal-hal prinsipil. Ketegasan tanpa ragu adalah salah satu kunci keberhasilan kepemimpinannya. Karena tegas tanpa ada keraguan yang berbasiskan kebenaran dan asal untuk kepentingan rakyat banyak, ia berani membuat terobosan-terobosan baru yang mengundang decak kagum baik kawan maupun lawan politiknya. Semakin lawan politik menghujatnya, ia akan semakin berani dan resiten untuk membuat gebarakan-gebarakan baru yang mengejutkan. Karena itu, ia tidak takut pada siapa pun dan apa pun termasuk DPRD-nya sekalipun jika apa yang dia perjuangkan itu baik, benar, dan demi kemasyalahatan publik. Karena baginya, tanpa ketegasan seorang pemimpin kemajuan dan pembaharuan tidak mungkin tercapai. Dan ketegasan sebagai seorang pemimpin hanya mungkin jika tidak ada kepentingan pribadi di balik terobosan itu. Jika semuanya demi rakyat, maka tidak perlu ragu untuk menjadi tegas dan membuat terobosan-terobosan baru atau inovasi.
“Jangan punya kepentingan, kepentingan kita hanya satu: untuk rakyat.”
Bagi Jokowi menjadi pemimpin berarti menjadi abdi dalem-nya rakyat. Rakyat adalah rajanya dan pemimpin adalah pelayannya. Tidak ada kepentingan pribadi yang dibawanya ketika ia berani menjawab permintaan banyak orang untuk menjadi pemimpin. Karena baginya, menjadi pemimpin adalah tugas pengabdian. Kalau raja bisanya tunggu didatangi rakyat untuk membawa keluhannya atau mendengarkan keluhan rakyat dari para tangan kanannya, Jokowi membalikkan paradigma itu dengan menjadikan rakyat sebagai rajanya. Inilah alasan mengapa Jokowi tetap melakukan kebiasaannya untuk blusukan ke tengah-tengah situasi dan persoalan rakyatnya untuk melihat, menyaksikan, dan mendengarkan langsung persoalan, kesulitan, dan tantangan yang dialami rajanya yaitu para warganya. Karena itu, semakin banyak orang yang ‘iri’ dan ‘mengeritik’ blusuk-kannya, ia semakin bersemangat nyunsep di tengah rakyat. Semuanya bukan demi citra diri, tetapi demi rakyat. Jika demi rakyat, kenapa takut dikritik? Sebab dengan mendengarkan langsung dari rajanya (rakyat) ia bisa melihat peluang-peluang terbaik melakukan inovasi/terobosan baru demi rakyat. Ia pun dikenal banyak orang sebagai sosok pemimpin tanpa self interest.
“Kita harus berani membuat terobosan. Jangan rutinitas, jangan monoton, harus selalu ada pembaharuan, ada inovasi.”
Latar belakang sebagai seorang pribadi yang tegas dan seorang wirausahawan atauenterpreuner menjadi modal baginya untuk tidak takut membuat terobosan-terobosan baru. Perubahan hanya mungkin oleh karena ada langkah-langkah inovasi yang dibuat. Di Solo ia telah membuktikannya dan DKI Jakarta sedang dalam proses. Aneka proyek unggulannya adalah bentuk-bentuk inovasi baru dalam kepemimpinannya. Ia bukan sosok pemimpin birokrat sejati yang merasa nyaman dengan melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Ia seorang pemimpin-pembaharu yang menjanjikan pembaharuan fundamental baik di tubuh birokrasi maupun dalam hal peyanan publik. Semuanya demi rakyat yang menjadi rajanya agar hidup lebih nyaman, mudah, dan lancar. Karena baginya juga:
“Jika bisa dipermudah, kenapa dipersulit jika bisa dipercepat, kenapa mesti diperlambat.”
Inilah yang menjadi latar mengapa dia memangkas semua alur birokrasi yang berbelit dengan efisensi dan efektivitas dalam birokrasi. Ia menginginkan semua hal apabila bagi rakyat bisa dipermudah dan dipercepat. Ia ingin melawan habitus lama birokrasi di Indonesia yang identik dengan semakin dipersulit dan semakin diperlambat itu baik untuk semakin mendapatkan sangu suap. Ia mau menjadikan birokrasi yang dipimpinnya mengedepankan semangat pelayanan/pengabdian di mana masyarakat menjadi raja-nya karena para pegawai birokrasi digaji dari pajak rakyat. Rakyat berhak mendapatkan pelayanan birokrasi yang cepat dan mudah karena mereka telah membayarnya dengan pajak untuk tujuan itu. Karena itu, semua sumbatan di tubuh birokrasi pasti akan dibukanya demi efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Salah satu sumbatan yang menyebabkan lambat dan sulitnya birokrasi adalah membudayanya korupsi, kolusi, dan nepotisme di tubuh lembaga birokrasi. Karena itu, terobosan pembaharuan wajah birokrasi ditempuh Jokowi karena dia optimis semuanya itu bisa dilawan.
“Kalau orang banyak yang pesimis dengan pemberantasan korupsi, saya optimis. Itu mudah asal ada tekad dari pemimpin.”
Banyak orang pesimis bahwa KKN yang telah berurat berakar atau membudaya dalam birokrasi sudah seperti kanker ganas yang taktersembuhkan. Tetapi tidak demikian dengan Jokowi. Baginya semuanya itu bisa dilawan dengan pertama-tama teladan hidup sang pemimpin yang sederhana, bersih, dan transparan. Jika pemimpinnya sudah bersih, maka bawahan yang mau macam-macam pasti akan segan atau sungkan berbuat curang. Pemimpin yang kotor akan menjadikan kekotorannya sebagai kartu truff yang mematikan bagi bawahannya jika pemimpinnya macam-macam. Jika antara pemimpin dan bawahan memiliki kartu truff keburukan maka legalisasi KKN di tubuh birokrasi akan menjadi sebuah kelaziman. Hal inilah yang mau dilawan oleh Jokowi. Selain itu, sistem lelang jabatan yang dilakukan Jokowi merupakan cara yang lain untuk mengurangi trend korupsi (KKN) di tubuh birokrasi DKI Jakarta. Harapannya dengan kedua cara ini, tekad Jokowi sang pemimpin untuk memberantas korupsi melalui transparansi kepemimpinan di lingkungan birokrasi didukung sepenuhnya oleh masyarakat.
Prinsip-prinsip itulah yang menjadi kunci keberhasilan Jokowi sebagai pribadi, Bapak keluarga, dan sebagai seorang pemimpin-pengabdi rakyat yang dijadikannya sebagai raja. Mau ditiru silahkan………..
Sumber Kata-kata Mutiara Joko Widodo:
chirpstory.com *Ulasan atas kata-kata mutiara Jokowi dibuat dengan memperhitungkan berita-berita terkait hidup dan kiprah Joko Widodo tanpa mengabaikan unsur subjektivitas penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H