Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Purba Adam pada Hawa

25 September 2012   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kelopak bunga gamal gugur, tenang mengecup tanah.

"Amarahmu untukku, jangan untuknya," balas Hawa. "makilah aku karena aku hanyalah Hawa."
Adam tersenyum pahit. "Sampai sekarang pun, setelah berabad-abad, kau masih jatuh dalam godaan ular. Aku ditakdirkan untuk mati ketika usiaku mencapai seribu tahun, tetapi kesepian membuatku memberikan 70 tahun umurku padamu."
"Lupakan kejadian itu," sergah Hawa. "meski aku lahir dari rusukmu tapi di kehidupan ini, aku tak bisa kembali padamu."
"Namun jiwamu milikku," gumam Adam. "jiwamu milikku."
"Ya, jiwaku milikmu."

Lelaki itu tersenyum puas. Kata-kata itu cukup untuk jadi pendorong untuk melanjutkan hidup, layak untuk tak menangisi kecelakaan yang membuatnya invalid, setidaknya sampai minggu depan.

Ada bunga-bunga merah muda di batang gamal yang telanjang, tetap mekar meski matahari menyengat garang. Ada cinta berusia purba, putus lalu kembali bertaut, tetap bertahan mengalahkan logika dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun