Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Danau Tiga Warna Kelimutu nan Eksotis Serentak Mistis

13 Juni 2012   09:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 3174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339578867556889379

Danau tiga warna kelimutu merupakan kebanggaan bersama masyarakat Indonesia. Danau berwarna merah, hijau, dan putih ini (terkadang berubah warna juga) bukan hanya menjadi kebanggaan masyarakat Flores atau Ende, khususnya, tetapi menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Indonesia.

Danau ini terletak di daerah Moni, Kabupaten Ende dan menjadi salah satu objek wisata favorit di Kabupaten Ende. Jika anda ingin melihat Komodo di Pulau Komodo, jangan lupa untuk menyimpangkan kaki anda ke wilayah tengah Pulau Flores ini untuk menikmati panorma Danau Kelimutu. Di danau ini kita akan menikmati indahnya lukisan Sang Pencipta melalui fenomena alam yang agak sulit dijelaskan, meskipun banyak ahli sudah berusaha menjelaskan asal-usul danau tiga warna ini dari erupsi gunung berapi purba dan penyebab adanya macam-macam warna ini dikarenakan Danau Kelimutu memiliki kandungan logam dan lumut di dasarnya.

Penjelasan secara sains ini baru terjadi belakangan ini setelah adanya penelitian para geolog. Namun sebelum adanya Sains dan Ilmu Pengetahuan Modern, masyarakat Ende, khususnya yang berdiam di sekitar Danau tiga warna ini mempunyai mitos tersendiri yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi berikutnya berkaitan dengan sakralitas Gunung sekaligus Danau Kelimutu ini. Bagi orang Ende, Danau ini merupakan salah satu pusat kebudayaan dan religi asli para leluhurnya. Mereka mempunyai keyakinan bahwa ketiga Danau ini merupakan sebuah khayangan bagi orang sudah meninggal.

Danau Kelimutu Salah Satu Pusat Religi Orang Ende-Lio

Selain menampilkan keindahan panorama alamnya, puncak Kelimutu memiliki arti dan makna religius bagi orang Lio (suku asli yang mendiami Kabupaten Ende). Puncak Kelimutu dipandang orang Ende secara turun-temurun sebagai tempat sakral yang disebut dalam bahasa setempat keli eo bhisa gia (gunung yang sakral). Di gunung inilah terdapat tiga tiwu (danau) yang beraneka warna dan diyakini sebagai tempat kediaman jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Pertama, tiwu ata polo (danau suanggi) yang airnya berwarna merah dan merupakan kediaman bagi arwah orang-orang dewasa. Kedua, tiwu nuamuri jemu (danau pemuda-pemudi) yang airnya berwarna hijau. Danau ini menjadi tempat kediaman orang-orang muda. Ketiga, tiwu ata bupu (danau orang tua) yang airnya berwarna putih. Namun, warna ketiga danau itu sering berubah-ubah: merah menjadi coklat tua, hijau menjadi abu-abu, dan putih menjadi coklat muda.

Keyakinan ini bertolak dari pandangan orang Lio akan tiga penguasa dunia orang mati.  Tiga penguasa ini mendiami tiga tempat yang berbeda, yang semuanya dianggap sebagai tempat angker yakni: Kelimutu, Keli Samba, dan Mutu Busa. Ketiga tempat ini dikuasai oleh tiga sosok yang berbeda yakni Konde, Raja, dan Ratu. Konde adalah penguasa yang mendiami Danau Kelimutu. Ratu, saudari Konde, menjadi penguasa Mutu Busa (sisi sebelah barat Danau Kelimutu-dekat Keli Do). Raja, adik Konde, menjadi penguasa di Keli Sumba.

Orang Lio-Ende, percaya bahwa setiap jiwa orang yang meninggal yang hendak menuju Kelimutu akan melewati sebuah pintu yang disebut Pene Konde (pintu konde). Di pintu ini, setiap jiwa akan diperiksa "status kelayakannya" apakah sudah pantas masuk ke Kelimutu (artinya: mati) ataukah tidak. Jika dianggap belum layak, maka jiwanya akan diusir kembali (hidup lagi) yang disebut dengan konde keda. Karena itu, meskipun sudah meninggal beberapa jam atau beberapa hari, namun jika dianggap belum layak, jiwa akan diusir Konde untuk kembali ke dunia dan hidup kembali. Keyakinan ini dibuktikan dengan kesaksian masyarakat setempat bahwa sering terjadi fenomena seperti itu di masyarakat Lio.

Dengan demikian, bagi orang Lio yang mendiami Kabupaten Ende, danau Kelimutu juga merupakan pusat religi asli para leluhur. Karena itu, mereka harus menjaga harmoni dengan Danau Kelimutu. Perubahan warna Danau Kelimutu bagi masyarakat Lio bukanlah sekedar sebuah fenomena alam, tetapi sebuah isyarat/peringatan akan bencana yang mesti mereka antisipasi. Perubahan warna danau terjadi karena ada ulah-ulang orang Lio yang kurang berkenan di hati Konde, Sang Penguasa Kelimutu.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila anda mengunjungi Danau Kelimutu, anda akan merasakan aroma magis dan mistis. Jika merasakannya, maka jangan lupakan latar belakang yang dijelaskan dalam uraian ini.

Sumber Bacaan:

1. Arnd, Paul, 2002, Du'a Ngga'e: Wujud Tertinggi dan Upacara Keagamaan di Wilayah Lio.Maumere:Candraditya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun