Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekspresi Hitam Putih Anak Negeriku: Mereka Terlahir sebagai Titipan

3 Mei 2012   18:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_175238" align="aligncenter" width="648" caption="Ekspresi Fraterniti Mengatasai Sekat-sekat (dok.pribadi)"][/caption]

Masa kecil adalah masa terindah. Masa menjadi kertas putih. Siap diisi dengan tulisan apa saja. Jika ditulis dengan baik, ia akan bertumbuh menjadi baik. Apa yang ditanamkan ketika masa kecil, itulah yang dituai ketika menjelang remaja dan dewasa. Jika ingin mengenang masa kecil nikmati ekspresi anak-anak negeri di bawah ini. Ekspresi anak negeri nun jauh di pedalaman Kalimantan ini. Mereka terlihat natural, tanpa polesan, tanpa kosmetik, tanpa takut bersentuhan akrab dengan alam.

[caption id="attachment_175242" align="aligncenter" width="648" caption="Ekspresi Polos Seperti Kertas Putih (Dok. Pribadi)"]

1336066206356568628
1336066206356568628
[/caption]

Masa kecil, masa tanpa beban. Masa bisa mengungkapkan diri apa adanya. Masa tidak perlu mengenakan topeng-topeng kehidupan.   Masa kebebasan jiwa tanpa terkungkung nafsu akan prestise. Masa tidak penting menjaga imij.

[caption id="attachment_175239" align="aligncenter" width="641" caption="Ekspresi Bebas Tanpa Beban (Dok.Pribadi)"]

13360657281939698041
13360657281939698041
[/caption]

Masa di mana alam dijadikan sahabat. Masa di mana banjir dan lumpur bukanlah sebuah bencana yang mesti ditanggulangi tetapi sebagai berkah dari yang kuasa. Berkah karena mereka memiliki kebeningan hati untuk mengucapkan syukur atas apa pun yang tersedia di alam. Bagi mereka, alam, cuaca, seekstrim apa pun adalah wadah untuk mengungkapkan diri melalui permainan.

[caption id="attachment_175243" align="aligncenter" width="648" caption="Bagi Mereka, Banjir dan Lumpur Bukanlah Bencana (Dok.Pribadi)"]

1336066616871911624
1336066616871911624
[/caption] Bagi mereka, hidup bukanlah soal mengejar prestasi dan prestise yang sebagian besar merupakan ekspektasi orang tua. Hidup bagi mereka adalah arena permainan untuk mengakrabkan diri dengan sahabat dan alam yang membuat mereka bisa ceria dan tertawa lepas tanpa beban. Masa di mana jiwa mereka perlu diisi dengan suasana penuh suka cita. [caption id="attachment_175244" align="aligncenter" width="620" caption="Bersenda Gurau dan Menikmati Keceriaan Bersama Sahabat (Dok.Pribadi)"]
13360672411009816642
13360672411009816642
[/caption] Karena itu, pantaslah Kalil Gibran peduli akan anak dan menuangkan dalam syair yang kaya makna seperti berikut ini:

"Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka terlahir melalui engkau, tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu Karena mereka memiliki  pikiran mereka sendiri

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka, Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi.

Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan. Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan."

[caption id="attachment_175245" align="aligncenter" width="648" caption="Anak-anakmu Bukan Milikmu, tetapi Titipan Sang Khalik (Dok.Pribadi)"]

13360683331020772793
13360683331020772793
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun