Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sudah 3 Hari Direndam Banjir, Gagal Panen Mengancam Warga Bantaran Sungai Embaloh

5 Desember 2011   14:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:48 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_146692" align="aligncenter" width="645" caption="Warga Bersampan di Lorong-lorong Perkampungan (Dok.Pribadi)"][/caption]

KAPUAS HULU-Tiga hari diguyur hujan tiada henti membuat debit air Sungai Embaloh (salah satu anak Sungai Kapuas) meningkat dan meluap. Akibatnya, sejak Sabtu (03/12/2011) sampai dengan sore hari ini, Senin (05/12/2011), perkambungan dan ladang-ladang padi milik penduduk di sepanjang bagian hilir Sungai Embaloh (Kecamatan Embaloh Hulu dan Embaloh Hilir) terendam banjir setinggi 2 meter.

Menurut kesaksian beberapa penduduk, sudah puluhan tahun mereka belum pernah mengalami banjir setinggi 2 meter dengan rentang waktu cukup lama untuk menjadi surut. Dari beberapa kampung yang sempat dikunjungi, terutama di Desa Saujung Gili Manik dan Ulak Pauk, tidak ada korban jiwa atau kerugian harta benda yang terendam air, karena rumah-rumah penduduk di sepanjang bantaran Sungai Embaloh rata-rata dibuat dengan ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan tanah.

Akan tetapi, hampir semua penduduk di dua desa tersebut digerogoti rasa cemas akan kemungkinan gagal panen pada tahun ini. Sebab ladang-ladang padi mereka yang umumnya berada tidak jauh dari tepian sungai terendam air. Biasanya sampai seminggu baru bisa surut, tergantung dari debit air di Sungai Kapuas. Jika Sungai Kapuas surut, maka anak-anak sungainya juga akan ikut surut.

[caption id="attachment_146686" align="aligncenter" width="663" caption="Hamparan Ladang Padi Petani Masih Direndam Banjir setinggi 2 meter (Dok.Pribadi)"][/caption]

Menurut kesaksian seorang warga, biasanya sesudah air surut, ladang-ladang mereka akan dipenuhi endapan lumpur dan tumpukan-tumpukan kayu, daun, dan sampah lainnya. Padi yang ditutupi endapan lumpur dan sampah, daunnya akan menguning dan apabila hari panas maka bisa dipastikan padi-padi akan mengering. Karena itu, hanya faktor kemujuran saja, apabila tahun ini mereka masih bisa memanen padi. Ancaman kelaparan menghantui beberapa warga yang tidak mempunyai stok padi hasil panenanan tahun lalu yang tersimpan di lumbung mereka. Kondisi ini semakin menguatirkan, karena rata-rata penduduk yang hidup di bagian hilir bantaran Sungai Embaloh menggantungkan masa depan keluarga pada hasil panenan padi musim ini.

Hari ini aktivitas belajar-mengajar di tiga sekolah di perkampungan hilir Batang Sungai Embaloh terhenti, karena ruangan kelas masih terendam air. Para guru memutuskan untuk meliburkan para muridnya sampai air sudah mulai surut dan ruang kelas sudah bisa digunakan, meksi para guru dan murid harus bersampan dari rumah ke sekolah untuk beberapa hari ke depan.

[caption id="attachment_146696" align="aligncenter" width="648" caption="Sekolah Yang Masih Terendam Air (Dok.Pribadi)"][/caption]

Rona kecerian terpancar dari para siswa yang hari ini libur. Mereka bisa bersampan beramai-ramai di lorong-lorong perkampungan. Karena bagi mereka banjir dan libur adalah berkah untuk lomba bersampan bersama teman-teman di jalan-jalan yang terendam banjir.

[caption id="attachment_146701" align="aligncenter" width="648" caption="Mengkoan-Siswi Kelas Dua sedang Berusaha Mepercepat Laju Sampan Mengejar Sampan Teman-Temannya (Dok.Pribadi)"][/caption] Sampai dengan berita ini ditulis, air baru surut sekitar 3 cm dari tangga-tangga rumah penduduk. Harapannya tidak ada hujan yang menyusul pada hari esok, sehingga tidak memperlama penderitaan mereka. [caption id="attachment_146705" align="aligncenter" width="663" caption="Sungai Embaloh yang Masih Meluap (Dok.Pribadi)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun