Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Eureka

23 Juli 2011   14:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13114309071773902999

[caption id="attachment_120839" align="aligncenter" width="468" caption="fazhani.blogspot.com"][/caption]

Hari ini genap tigabelas tahun perpisahan kita

Engkau ke Barat menanti matahari terbenam

Aku ke Timur menyosong matahari pagi yang bersinar cerah

***

Meski jarak dan waktu telah memisahkan kita,

aku masih mengenang kata-kata perpisahanmu:

"pergilah raihlah impianmu bersama dia yang kamu ikuti,

doaku menyertaimu sampai kapan pun!"

***

Berat memang perpisahan kita

akan tetapi semuanya berakhir indah,

ketika kita mampu memutuskan yang terbaik bagi kita

meski awalnya kamu sangsi:

apakah mungkin mencintai semua orang tanpa merasa terikat?

Sebab bagimu, mencintai berarti berani mengambil komitment bagi satu orang

sekali untuk selamanya.

Dan bagimu: cintaku tidak bisa dinalar, karena ketika aku mengatakan aku mencintai

banyak orang, sebenarnya bagimu, aku tidak mencintai seorang pun.

***

Meski demikian, engkau membiarkan aku pergi,

terbang bebas mengikuti kata hatiku

untuk mencintai dengan caraku,

mecintai dengan cara dia yang kuikuti pada jalanku

dengan cinta yang bebas,

lepas,

tidak terikat, dan

merangkul semua dalam satu pelukan kasihnya.

***

mencintai dengan caranya berarti memberikan seluruh diri seperti roti yang dibagi-bagikan

untuk  banyak orang...

mencintai seperti kayu yang habis terbakar untuk menghasilkan terang dan kehangatan

mencintai seperti lilin yang meleleh dan hancur untuk menerangi dunia yang gelap gulita

mencintai seperti embun pagi yang menguap diterpa mentari pagi...

mencintai seperti dia yang memberikan tubuhnya untuk dimakan oleh banyak orang

***

Tiga belas tahun sudah berlalu sejak waktu kita mengatakan kata berpisah

namun kehadiranmu masih dapat kurasakan sebab aku tahu engkau tetap mendoakanku,

mendukungku, meski terkadang aku melupakanmu dan pergulatan hidupmu

Karena itu, dari hati yang paling dalam aku ucapkan terima kasih yang tulus kepadamu

untuk masa lalu, masa kini, dan masa depanku dalam doa-doamu.

"Cinta tidak mengenal kata putus karena dia hanya berubah bentuk"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun