Sabtu yang sunyi menghampiriku tanpa inggar-binggar
Dia datang begitu saja menemaniku dengan keheningan yang syahdu
Apakah aku menjadi mapan dalam kesunyian?
Tidak!
Kesunyian selalu menjadi teror bagi kemapananku
Kesuyian mengguncang-guncang keberadaanku
Sebab dalam kesunyian aku berjumpa dengan diriku tanpa topeng dan kamuflase
yang biasanya kupakai ketika sedang berada di tengah keramaian
Kesunyian malah kadang membawa rasa tak nyaman pada diriku
karena aku harus menyusun kembali puing-puing dan puzle-puzle pengalaman selama seminggu telah berlalu
Di sana aku harus mulai menyusun patahan-patahan pengalaman
agar menjadi sebuah garis lurus dengan seutas benang merah sebagai pengingakatnya
Karena itu, jika disuruh memilih
Lebih mudah memilih tinggal dalam keramaian daripada mengarungi kesunyian diri
Akan tetapi, dari semenit dalam kesunyian diri terkadang lahir inspirasi-inspirasi bernas
bagi hidup yang tidak bisa ditukar dengan keramain dalam sehari
Suka tidak suka..mau tidak mau aku harus masuk dalam Sabtu yang sunyi
bersama Dia...aku harus menemani Dia..berjaga bersama Dia
meski raga manusiawi tidak mampu bertahan berjaga berlama-lama bersama Dia..
yang tidak bisa ditukar dengan keramaian seluruh hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H