Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Surat Terbuka untuk Jokowi

29 Juni 2014   00:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_313133" align="aligncenter" width="549" caption="Illustrasi (suratuntukjokowi.com)"][/caption]

Kepada Ytk, Bapak Joko Widodo

di mana pun berada

Mengawali surat ini, perkenankan saya mengucapkan: "selamat menunaikan ibadah puasa bagi Bapak sekeluarga. Semoga ibadah puasa yang bapa jalani selama masa puasa ini membawa kebeningan hati guna memimpin bangsa ini dengan nurani jernih nan bijaksana."

Saya hanyalah seorang warga negara biasa dari keluarga sederhana yang mendiami Pulau Flores, Propinsi NTT, yang selama ini selalu diplesetkan oleh teman-teman sebangsa dan setanah air sebagai Propinsi Nusa Tertinggal dan Terbelakang. Sebagian hidup saya dihabiskan di Pulau ini sebelum merantau dan studi di Pulau Jawa dan akhirnya berkarya di beberapa tempat terpencil di Indonesia.

Sebagai seorang putra yang dilahirkan dari keluarga petani di sebuah dusun dengan fasilitas dan sarana-prasarana yang tidak memadai, menyelesaikan studi sampai ke jenjang SMU merupakan sebuah kemewahan. Namun, oleh karena niat dan tekad yang bulat, maka hal yang mustahil itu bisa terjadi. Namun, hari-hari ini masih begitu banyak masyarakat Indonesia yang berdiam di tempat-tempat terpencil di Indonesia yang tidak mengalami nasib yang serupa dengan saya. Pertanyaannya: mengapa?

Bangsa kita memang telah lama merdeka dari penjajahan Portugis, Belanda, dan Jepang. Akan tetapi, saat ini tidak semua masyarakat Indonesia telah merdeka dari kemiskinan dan buta huruf. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan dan buta huruf, termasuk di daerahku. Pertama-tama bukan karena masyarakatnya malas, tetapi kebanyakan karena mereka tidak diberikan jalan, jembatan, sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang memadai. Hal ini paling dirasakan oleh kami, masyarakat Indonesia bagian timur. Kami merasakan sungguh bahwa ada ketimpangan dalam perhatian oleh pemerintah pusat karena terlalu berkiblat ke Jawa dan Sumatera.  Kami sungguh mengalami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang naik tetapi tidak merata. Bagaimana mungkin masyarakat bisa sekolah ketika fasilitas pendidikan tidak memadai? Bagaimana mungkin masyarakat bisa menjual hasil bumi ketika jalan dan jembatan tidak ada? Bagaimana mungkin masyarakat bisa sehat, jika sarana kesehatan belum memadai?

Oleh karena itu, sebagai anak yang terlahir dari keluarga sederhana, saya selalu merindukan figur pemimpin yang memang pernah mengalami apa artinya menjadi orang sederhana, menjadi orang susah yang karena itu melahirkan solidaritas dengan kaum miskin, sederhana yang seringkali terabaikan dalam proses pembangunan bangsa ini.

Kerinduan saya untuk figur pemimpin seperti ini saya temukan dalam diri Bapak Jokowi. Bapak pernah mengalami bagaimana rasanya menjadi orang susah dan harus berjuang untuk mengatasi aneka kesulitan itu agar bisa meraih kesuksesan. Dan ketika sudah mencapai kesuksesan, Bapak tidak pernah melupakan bahwa masih ada begitu banyak orang susah yang berada di sekitar Bapak. Sehingga ketika Bapak memimpin Solo dan Jakarta, Bapa tetap memberikan perhatian yang tulus kepada mereka-mereka yang susah dan seringkali dikorbankan dalam proses pembangunan.

Kini, Bapa telah menjadi salah satu capres yang akan bertarung memenangkan hati masyarakat Indonesia agar bisa menjadi pemimpin Indonesia untuk 5 tahun ke depan. Saya adalah salah satu yang paling berharap bahwa prestasi dan kebaikan Bapa sebagai pemimpin yang merakyat dan solider dengan masyarakat kecil tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Solo dan Jakarta. Karena itu, sejak Bapak dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, saya adalah salah satu warga negara Indonesia yang diam-diam merasa iri hati dan cemburu oleh karena Bapak hanya menjadi milik orang Jakarta.

Melalui media Kompasiana, saya pun selalu menulis tentang harapan saya semoga Bapak berkenan menjadi salah satu kandidat capres pada 2014 ini agar kebaikan Bapak sebagai pemimpin bisa dikecap oleh seluruh masyarakat Indonesia di mana pun, terutama di pedalaman-pedalaman Kalimantan, NTT, Sulawesi, dan Irian Jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun