Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertarungan demi Kuasa vs Selamatkan Indonesia Raya

26 Juli 2014   17:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:06 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14063557051125674759

[caption id="attachment_316890" align="aligncenter" width="560" caption="Pribadi"][/caption]

Selama beberapa hari terakhir ini saya telah membaca begitu banyak berita tentang Indonesia, terutama hiruk-pikuk baru setelah penetapan KPU mengenai hasil Pemilihan Presiden. Saya juga menonton salah satu video Pak Prabowo, yang berisi pidato mengenai hasil Pilpres yang dinilai tidak sah karena pelbagai kecurangan yang masif dan sistematis,  intervensi asing, keberpihakan penyelenggara pilpres pada salah satu pasangan kandidat, dll.

Menurut saya, sebagai awam politik, terlepas dari segala kekurangannya, Pilpres sesungguhnya telah berjalan dengan baik, terutama aman dan damai. Namun, pandangan dan tindakan yang disampaikan oleh Pak Prabowo juga para pendukungnya justru semakin memperkeruh suasana, apalagi menjelang perayaan besar saudara-saudari, kaum Muslim. Selain itu, ada begitu banyak tanggapan yang beragam. Ada tanggapan yang wajar/pantas (rasional) tetapi lebih banyak lagi yang tidak layak (emosional), termasuk di dalamnya adalah penggambaran yang berlebihan (gila/tidak waras, pengidentifikasian salah satu capres dengan anjing, dll). Pertanyaan yang pantas kita ajukan pada diri sendiri, "Perlukah kita sebagai sebuah bangsa saling menghina? Bukankah ini saatnya kita berbenah diri, menyatukan hati dan tekad, untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik?"

Jika memang ada kejanggalan di dalam proses penyelenggaraan pilpres sebagaimana ditemukan oleh pasangan Prabowo-Hatta, Undang-undang Pilpres memberikan peluang itu. Namun, yang perlu dijaga adalah agar suasana kehidupan seluruh masyarakat. Kehidupan seluruh lapisan masyarakat harus dijaga agar tetap aman sehingga roda kehidupan bangsa dan negara terus berputar. Potensi seluruh warga bangsa bisa tersalurkan demi kesejahteraan, bukan sebaliknya menjadi senjata yang mematikan akibat sikap provokatif yang mematikan.

Kita tidak bisa menolak kenyataan bahwa Pak Jokowi-JK dan Pak Prabowo-Hatta adalah tokoh-tokoh menonjol bangsa ini, putra-putra terbaik bangsa kita. Kita pun sebagai warga telah menyatakan sikap politik pribadi yang berbeda-beda. Namun, yang perlu disadari adalah bahwa perjuangan untuk mendapatkan simpati dan dukungan rakyat sudah usai. Pesta demokrasi kita sudah lewat. "Sampah-sampah sisa pesta" seharusnya sudah dikumpulkan dan dibuang di tempat sampah untuk dibakar kalau tidak bisa didaur ulang. Perbedaan sikap politik semestinya sudah diakhiri. Kini saatnya, bersama dengan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Bapak H. Joko Widodo dan Bapak H. Muhammad Jusuf Kalla, kita menatap masa depan bangsa yang lebih baik sambil mendukung Presiden SBY dan Wapres Budiono dan kabinetnya menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka dan melakukan proses transisi kepemimpinan nasional dengan baik dan lancar.

Saya senang sekali mendengar teman-teman saya di sini mengatakan bahwa Indonesia sebuah bangsa yang besar. Namun, memperhatikan perkembangan situasi terakhir politik di tanah air, saya sungguh bersedih hati, prihatin. Ada begitu banyak energi yang disia-siakan. Begitu banyak kesempatan, peluang, yang terbuang untuk membangun kebaikan. Semuanya seakan masuk ke dalam pusaran "suka-tidak suka", yang seakan-akan tiada berakhir.

Karena itu, dari hati terdalam, sebagai salah satu warga bangsa ini, saya mengajak saudara-saudariku, "MARILAH KITA BERHENTI UNTUK SALING MENGHUJAT! WARGA NEGARA DEMOKRATIS ADALAH WARGA NEGARA YANG MAMPU MENGHARGAI PERBEDAAN TANPA DIKACAUKAN OLEH PERBEDAAN!"

Dan saya juga menyerukan, "PARA POLITISI TERHORMAT, KELUARLAH DARI KUNGKUNGAN AMBISI DAN CINTA DIRI ANDA DEMI INDONESIA YANG LEBIH BAIK!!!! JIKA ANDA MERASA PANTAS UNTUK BERKUASA DAN MEMIMPIN, BERLAKUKLAH SEBAGAI POLITISI SEJATI, YANG BERANI UNTUK BERJUANG DENGAN CARA-CARA YANG LAYAK. JANGAN MENJADI PENGECUT YANG MENGHALALKAN SEGALA CARA HANYA DEMI AMBISI-AMBISI ANDA DAN MENUTUPI SEMUANYA DENGAN PERNYATAAN-PERNYATAAN, YANG TAMPAKNYA SAJA BIJAK, SAMBIL MENGABAIKAN KEPENTINGAN SELURUH BANGSA. KEKUASAAN ANDA SANGAT TERBATAS TETAPI HIDUP BANGSA INI MASIH HARUS TERUS BERJALAN."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun