Musik, sebagai bentuk seni yang universal, memiliki kekuatan untuk menyatukan berbagai lapisan masyarakat dari berbagai belahan dunia.Â
Namun, keberagaman genre musik juga bisa menjadi sumber perpecahan di antara para penikmatnya.Â
Fenomena ini menarik untuk dijelajahi karena membuktikan bahwa musik tidak hanya sekedar alat pemersatu, tetapi juga bisa menjadi arena pertarungan identitas dan preferensi.
Genre musik merupakan klasifikasi yang membantu penggemar menemukan musik yang mereka sukai dan mengidentifikasi komunitas yang memiliki selera serupa.Â
Dari Rock, Jazz, K-pop, Pop, Folk, bahkan kata "indie" saat ini menjadi sebuah aliran atau genre musik baru untuk para penikmat musik anti mainstream.Â
Setiap genre menawarkan ciri khas yang membedakannya. Namun, perbedaan ini sering kali menjadi akar perpecahan ketika para penggemar mulai membentuk eksklusivitas dalam komunitas mereka.
Salah satu contoh nyata adalah rivalitas antara penggemar musik rock dan folk. Di beberapa kasus, penggemar rock mungkin merasa musik mereka lebih 'murni' dan memiliki nilai artistik yang lebih tinggi dibandingkan dengan musik folk yang sering dilihat sebagai produk yang hanya mengandalkan gitar akustik dengan lirik yang intelek.Â
Di sisi lain, penggemar folk mungkin menganggap musik rock sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman atau terlalu keras.
Di era digital saat ini, perpecahan ini semakin diperparah dengan adanya media sosial. Platform seperti Twitter dan Instagram memungkinkan penggemar untuk menyuarakan pendapat mereka secara luas, seringkali tanpa filter.Â
Hal ini kadang-kadang memicu perang kata-kata antar penggemar yang berbeda genre, dimana setiap pihak berusaha keras untuk membela preferensi mereka.