Mohon tunggu...
Fajar Aji Pamungkas
Fajar Aji Pamungkas Mohon Tunggu... -

Hidup ini anugrah, syukurilah :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenang Masa Kecil

21 Februari 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

…… Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya sore itu mobil yang mengantarku tiba di rumah. Saat itu ayah langsung mengantarku ke lantai dua,ternyata disitu ada kamar untukku. Aku meletakan barang-barangku disana, di atas ranjang dan memandang sekeliling kamar yang tampak rapi bercat biru muda, kebetulan itu warna kesukaanku.

“Ini kamarmu nak,bagaimana?suka?”

Aku terdiam dan memandang kea rah jendela yang menghadap jalan raya. Terdapat disana lukisan yang menghalangiku untuk melihat, sehingga terpaksa aku menaikan sedikit tubuhku. Ayah menyentuh pundaku, kemudian aku meliriknya.

“jar, kamu belum bisa menerima kepindahan ini?”

“aku hanya sedih yah, harus jauh dari eyang dan teman-temanku’’

“tapi kita kan masih bisa main kesana, dan disini kamu akan mendapatkan teman juga kan?”

“hmm, ia yah. Tapi aku tidak yakin’’

Seketika itu ibuku datang, dan membawakan makanan untukku.

“hyo, sudah-sudah, makan dulu …’’ sambil tersenyum

“ya sudah mu makan dulu, terus istirahat. Pasti mu lelah’’ sambung ayah padaku

‘’kebetulan aku laper bu, ia yah tapi soal eyang gimana?’’

Ayah dan ibu terdiam, mereka tersenyum dan menghela nafas, maklum saja aku tinggal bersama eyangku sejak kecil jadi sulit jauh dari eyang bagiku.

‘’tenang nak, nanti ayah dan ibu pikirkan lagi, sekarang kita mau turun dulu, dilantai dasar masih banyak yang harus ayah dan ibu bereskan”

“Ia, oke …. ‘’

Karena lapar aku langsung makan masakan buatan ibuku, setelah itu rasanya badanku lelah, tanpa pikir panjang aku rebahkan tubuhku di atas ranjang yang empuk hingga tanpa sadar aku langsung terlelap beberapa saat kemudian.

Saat aku terbangun, cahaya dan senyum mentari telah lenyap dari kamarku dan jendela kamar masih terlihat gelap. Aku terburu-buru, aku tersadar kalau hari ini, hari pertamaku masuk sekolah(SPENSABA). Ya,itu sekolah tingkat menengahku.

Hari-hari pertamaku sekolah berjalan dengan baik. Aku rasa semua orang sudah memahami kondisiku. Salah satu hal yang menyulitkan aku yaitu karna diriku sendiri,aku lebih suka diam, meski sebenarnya aku tahu keadaan lingkungan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun