Mohon tunggu...
Fajar sucahyo
Fajar sucahyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa aali Muhammad, wa 'ajjil farajahum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

What is the Professionalism?

26 Maret 2013   18:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:10 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

I N T E R M E Z Z O

"WHAT IS THE PROFESSIONALISM...???"

AKU BUKAN SEORANG MAESTRO

Beberapa orang pernah pernah bertanya kepa saya, "apa sih profesionalme itu...???"
Sejenak saya terdiam dan merenungi pertanyaannya. Maka lahirlah tulisan ini.
Tulisan ini bukan sebuah kesimpulan dari untaian pemikiran dan pandangan saya, tetapi hanya salah satu "episode" dari tayangan acak pemikiran saya tentang tema-tema seputar "PROFESIONALISME".


Aku akan mulai dari ruang kosong di dalam otakku, yakni kebodohanku.
Bahwa, jika aku bukan seorang yang profesional dan "maestro", mungkinkah aku bisa memberikan pandangan mengenai "world view of professionalism" dengan benar, baik dan bijaksana yang menjadi tuntutan setiap orang..?

Dalam logika berpikir kita ada istilah atau prinsip yang terpatri : "yang tak punya tak mungkin memberi".
Kalau aku gak"profesional",  bagaimana mungkin aku bisa "berceloteh" tentang apa itu profesionalisme?

Memberikan masukan-masukan atau pandangan-pandangan seputar dunia profesionalsme yang sangat luas, bisa jadi dapat dilakukan oleh hampir kebanyakan orang. Tetapi bisa jadi pula hanya merupakan pandangan dan komentar yang asal-asalan saja. Meskipun mungkin sebagai sebuah celoteh, sah-saja saja untuk kita dengarkan dan hargai juga. Seperti aku dan dengan "celotehku" saat ini misalnya.

Buat aku, karena istilah profesional itu substansinya adalah menyangkut dunia profesi manusia yang heterogen, maka perlulah seorang ahli juru profesi memberikan batasan dan cakupannya terhadap profesi-profesi tertentu yang dikuasaianya sebelum kemudian ia membahasnya, mengemukakan pandangannya, pengalamannya, kritik dan saran didalamnya, dsb.

Perlunya diberikan batasan agar pembahasannya tidak sampai melebar dan meluas kemana-mana sehingga bukan saja tidak tepat sasaran terhadap subjek dan objek pembahasannya, tetapi juga besar kemungkinannya dapat menimbulkan "kontradiksi" antara satu bidang profesi tertentu dengan bidang profesi tertentu lainnya.

Saya pikir, keprofesionalan pada suatu bidang profesi tertentu, tidak bisa diukur, dibandingkan dan dinilai hanya dengan ukuran-ukuran bidang profesi tertentu lainnya. Misalnya, "keprofesionalan" seorang artis "Maestro" di dunia tarik suara, atau di dunia perfileman, dunia tari, dunia lukis, dunia tulis menulis, dsb, tidak bisa dijadikan ukuran, perbandingan dan penilaian bagi seorang yang berprofesi sebagai Mubaligh dan Misionaris Agama, Orator, Polisi, Tentara, Pilot, Juru Kamera, Wasit Persepak bola-an atau olahraga lainnya, atlit, Politikus, dsb.

Dunia profesi itu begitu luas bukan...?!
Untuk satu bidang profesi tertentu saja belum tentu kita bisa menguasainya.
Iya kan Kang Jabriz...?!

Terkadang kita seperti sedang memegang dan melihat "ATLAS" (peta dunia).
Kita membaca dan mempelajarinya tanpa benar-benar menjelajahi dan mengarunginya. Dalam waktu singkat kita merasa seolah telah memahaminya, menguasai tujuh benua, tujuh samudera, tujuh petala langit dan bumi, tujuh keajaiban dunia, kota-kota dan tempat-tempat terindah yang ada di dunia kita.

Dengan pengetahuan dan penguasaan "ilmu Atlas" tersebut kita pun merasa telah puas dan berbangga diri, sementara kita sama sekali belum menjelajahi dan mengarunginya.
Lantas, mungkinkah kita menjadi seorang yang "profesional" atau "ahli" dalam satu bidang profesi tertentu, apatah lagi di semua bidang profesi...???!!!

Begini saja,

Pertama, Bisa jadi:

"Kita ini mungkin hanya seorang 'Pembaca Atlas',
dan bukan 'Sang Petualang Sejati' yang real...!"

Kedua, Bisa juga,

"Kita ini sedang melihat dan membaca 'peta permasalahan' yang sama,
tetapi jalan yang kita tempuh dan petualangan yang kita nikmati berbeda".

Tapi gpp, terlepas apakah mau yang pertama atau yang kedua:

Kita memang punya cerita yang berbeda, bukan?!
Hargai cerita petualangan orang lain, betapapun kita mungkin tidak "tertarik" untuk berpetualang dan menulis cerita dan kisah yang sama dengan dan seperti mereka.

~ Hmmm....~_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun