Mohon tunggu...
Sulthon Fajar Sholikhin
Sulthon Fajar Sholikhin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru mata pelajaran bahasa indonesia di SMA Negeri 1 Blora, Jawa Tengah. Saya mengajar sejak tahun 2014.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan dan Mawar

20 April 2023   00:00 Diperbarui: 19 April 2023   23:58 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari ketika Bunda Kalina tidak di rumah, Kalina berniat membersihkan kamar Bundanya. Tetapi, ketika ia membersihkan laci, ia menemukan berkas yang membuatnya terkejut, dan melongo. Tanpa disadari, Kalina mulai menitikkan air mata. Ia sesenggukan, dan akhirnya hancur juga benteng pertahanannya. Suara tangisnya makin kencang, ia merasa rapuh. Tanpa sepengetahuan Bunda, Kalina mengambil berkas-berkas tersebut dan menyimpannya di kamar Kalina.

"Kale, kayaknya kita harus bicara empat mata," di sekolah, pada saat istirahat tiba-tiba Kalina menghampiri Kale.

"Wah, ada apa, Lin?"

"Ini tentang kita."

"Sepertinya serius sekali, ya?" Kalina mengangguk. Kemudian, ia mengeluarkan beberapa berkas yang ia ambil tempo hari di kamar Bunda.

"Le... Kita ini sebenarnya... Saudara kembar," lirih Kalina, ia sudah tidak kuat untuk mengatakan apapun. Kale segera mengambil berkas tersebut. Setelah membaca beberapa berkas itu, muka Kale merah padam. Ia bingung, ingin menangis tapi ingin marah juga. Tapi, ia tidak bisa menunjukkannya di depan Kalina. Kale kembali membaca berkas-berkas tersebut seakan tidak percaya bahwa apa yang tertulis di kertas-kertas ini adalah kenyataan.

"Ini nyata, ya, Lin? Aku nggak percaya."

"Tapi Le, coba lihat lagi. Tanggal lahirmu 5 Juni aku 6 Juni. Orang tua kita, sama... Terus kemarin aku juga nemu surat cerai di kamar Bunda. Wajah kita juga hampir mirip, kan?"

Mereka terdiam untuk waktu yang cukup lama. "Jujur aku nggak tahu harus gimana, Lin," cicit Kale. "Kenapa semesta sejahat ini, ya? Kalau kita memang saudara kembar, kenapa kita nggak pernah saling kenal? Kenapa waktu kita bertemu, kita malah jadi dua orang asing yang saling suka?" lanjutnya. "Memangnya aku suka kamu, ya?" goda Kalina. "Jangan bercanda dulu, Lin. Kamu suka sama aku, kan?"

"Ya."

Mendengar jawaban tersebut, Kale tersenyum tipis. Tapi lama-lama, senyum itu menjadi pilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun