DNS (Dynamic Neuromuscular Stabilization) adalah pendekatan fisioterapi yang berkembang pada awal tahun 2000-an. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Pavel Kolar, seorang fisioterapis dan ilmuwan asal Republik Ceko.Â
Dr. Kolar menciptakan DNS berdasarkan penelitiannya tentang fungsi dan stabilitas tubuh manusia, serta interaksi antara sistem otot dan tulang dalam menjaga postur yang optimal. Ia berfokus pada bagaimana tubuh manusia dapat kembali ke pola gerakan alami dan efisien melalui latihan yang berfokus pada stabilitas dan kontrol neuromuskuler.
Pada dasarnya, DNS adalah sebuah pendekatan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan motorik anak. Dr. Kolar menyarankan bahwa banyak masalah muskuloskeletal pada orang dewasa dapat disebabkan oleh gangguan dalam pola gerakan yang telah terprogram dalam tubuh selama masa bayi dan anak-anak.Â
Dalam hal ini, tubuh kita belajar untuk bergerak dengan cara tertentu sejak awal kehidupan, tetapi gangguan atau perubahan yang terjadi selama pertumbuhan dapat menyebabkan pola gerakan yang salah dan berujung pada rasa sakit atau cedera.
DNS menekankan pentingnya otot-otot stabilizer, atau otot yang berfungsi untuk menjaga posisi tubuh yang benar selama gerakan dinamis. Dengan menggunakan pendekatan ini, fisioterapis dapat membantu pasien mengembalikan pola gerakan yang efisien dan mengurangi ketegangan atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
Latihan DNS mengacu pada kemampuan untuk melibatkan pola gerak yang ideal atau mendekati ideal dari nervous system yang berdasarkan pada kode genetik.
Tujuan untuk mencapai koordinasi otot yang optimal dengan menempatkan anak pada beberapa posisi perkembangan dengan menyediakan dukungan pada sendi dan segmen dalam posisi terpusat. Dengan demikian dapat meningkatkan fungsi stabilitas dan respirasi dengan mengajarkan bagaimana cara mengintegrasikan pola pernapasan dan stabilitas yang optimal dalam meningkatkan keseimbangan pada aktivitas sehari-hari.
Efek latihan DNS untuk mengaktifkan Integrated Spinal Stabilizing System (ISSS) dan mengembalikan regulasi Intra Abdominal Pressure (IAP) yang ideal untuk mengoptimalkan efisiensi gerakan dan untuk mencegah overloading sendi. Selain itu teraktivasinya otot core yang berfungsi sebagai otot stabilisator akan membuat global muscle menjadi rileks, dengan demikian didapatkan pula stabilitas dan posisi yang baik dalam keadaan netral).Â
Target utama dari metode DNS ini adalah otak yang mana harus diberikan stimulasi yang tepat dan dikondisikan agar dapat secara otomatis mengaktifkan pola gerak optimal yang dibutuhkan untuk koaktivasi stabilisator
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh slauterbeck dkk (2019) dengan judul "Implementation of the FIFA 11 + Injury Prevention Program by High School Athletic Teams Did Not Reduce Lower Extremity Injuries A Cluster Randomized Controlled Trial" didapatkan kesimpulan bahwa tidak terjadi penurunan angka cedera ekstremitas bawah yang signifikan jika dibandingkan dengan pemain yang melakukan program latihan pemanasan biasa (Slauterbeck et al., 2019).Â
Sedangkan laporan penelitian dari Abdallah dkk (2019) dengan Judul "A Comparative Study Of Core Musculature Endurance And Strength Between Soccer Players With And Without Lower Extremity Sprain And Strain Injury" didapatkan kesimpulan rendahnya daya tahan otot core meningkatkan resiko terjadinya cedera, dimana pada pemain sepak bola yang mengalami cedera ektremitas bawah didapatkan nilai daya tahan otot core lebih rendah dibandingkan dengan pemain yang tidak cedera (Abdallah et al., 2019).