Mohon tunggu...
Fajar Sutrisno
Fajar Sutrisno Mohon Tunggu... Hamba Allah -

Pengelana Kata...

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Lisan dan Tulisan Itu Beda

6 Mei 2014   23:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menjadi anggota Kompasiana sudah cukup lama, sejak 11 Juli 2013. Selama menjadi penulis dan pembaca setia saya belajar banyak hal. Terutama mengamati perdebatan para rekan Kompasianer dengan Kompasianer lain. Belum termasuk komen dan debat yang panjang seperti tiada akhir. Seru sekali. Bahkan ada member baru yang secara khusus membuat ID hanya untuk berkomentar atau menanggapi sebuah tulisan.

Yang paling membuat saya tertarik untuk memperhatikan adalah cara menyampaikan pendapat dengan tulisan. Saya sendiri sampai saat ini belum merasa bisa menulis persis seperti ketika sedang mengobrol atau berdiskusi secara tatap muka dengan lawan bicara atau teman mengobrol. Kalau berhadapan wajah rasanya kok mudah saja kata-kata ini meluncur dari mulut kita. Walaupun tidak selalu apa yang ada di kepala sama persis dengan yang keluar dari mulut tetapi lebih mudah untuk diralat atau dikoreksi, terutama dalam hal berdebat atau adu argumen. Ditambah lagi emosi atau perasaan lawan bicara yang lebih mudah dipahami (berdasarkan riset kabarnya bahasa non-verbal atau bahasa tubuh lebih berperan besar dibanding kata-kata itu sendiri, sekitar 80 persen).

Dalam bahasa lisan sepertinya mudah saja berdebat, berkomentar dan berdiskusi. Beda dengan bahasa tulisan yang walaupun bisa dibantu dengan emoticon tetap saja aura atau nada bicara tidak bisa terwakili. Pemilihan kata atau istilah salah sedikit saja bisa menimbulkan ketersinggungan. Saya pernah mengalami beberapa kali hal seperti ini di banyak forum diskusi. Saya yakin lawan bicara saya pun tidak bermasud menghina atau membully saya di dunia maya. Hanya saja sulit dibedakan buat saya.

Di Kompasiana ini sering sekali saya amati banyak terjadi kesalahan pemahaman yang berujung perdebatan yang seperti tiada akhir. Kalau istilah kerennya yang pernah saya baca adalah karena ada ‘logical fallacy’ atau kesalahan logika (bener nggak ya istilah ini?).Yang pada awalnya hanya berdiskusi sehat berubah perlahan menjadi serangan terhadap pribadi.

Dari situlah saya berkeyakinan bahwa bahasa lisan dan tulisan itu berbeda. Perbedaannya bisa cukup jauh dan signifikan. Orang yang secara akademis pandai saja belum tentu loh bisa menulis dengan baik dan runtut. Sebaliknya orang yang bicaranya agak sulit dipahami malah tulisannya bagus sekali.

Yang paling utama dalam berbahasa baik lisan maupun tulisan menurut saya adalah perbendaharaan kata atau dalam bahasa Inggrisnya vocabulary. Semakin banyak semakin baik untuk mewakili sebuah pesan yang hendak kita sampaikan kepada lawan bicara/pembaca.

Semakin sering membaca Kompasiana, semakin bertambah ilmu saya. Terimakasih Kompasiana. Selamat sore.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun