KKN di Desa Penari kini menjadi salah satu film horor yang paling fenomenal dengan meraih pencapaian tertinggi dan telah berhasil ditonton 4 juta juta lebih orang. Namun, masih ada banyak misteri yang tersimpan dalam kisah yang sempat viral tahun 2019 ini di Twitter dan belum sepenuhnya terpecahkan. Mulai dari keaslian cerita, peristiwa, lokasi hingga tokoh-tokoh yang mengalami pengalaman mistis secara langsung, masih terus tertutup rapat dalam cangkang rahasia.
Dalam wawancara dengan Raditya Dika pada 2019 silam, pria di balik akun Twitter Mister Simple Man memberikan klarifikasinya soal cerita tersebut. Mister Simple Man menjelaskan bahwa cerita yang ditulis olehnya tidak murni seperti yang ia dengarkan. Pasalnya, ada beberapa bagian yang ia kurangi dan lebihkan.
"Bisa dikatakan cerita yang saya tulis tidak murni seperti didengar karena ada bagian-bagian yang tidak tertulis dan ada yang dilebih-lebihkan," ujar Mister Simple Man dalam video YouTube Raditya Dika yang dikutip Insert Investigasi. "Ada bagian yang juga saya kurangi karena alasan saya sendiri. Karena saya merasakan cerita ini terlalu gila sih kalau dipikirkan secara logika," tambahnya
Di sisi lain, Awi Suryadi sebagai sutradara film KKN di Desa Penari berusaha untuk membuat karyanya ini tidak mengecewakan dan menyinggung pihak-pihak yang bersangkutan di dalam cerita. "Jadi tentunya apa yang kita jadikan film tidak boleh mengecewakan para korban dan tidak boleh menyinggung kepala adat dan lokasi aslinya juga kita seakurat mungkin dengan treat ya supaya pembacanya tidak kecewa," tegas Awi.
Mengenai lokasi Desa Penari yang sampai saat ini belum terungkap masih terus menyimpan banyak misteri. Tak sedikit yang berusaha mencari tahu dan menerka-nerka keberadaan desa tersebut. Beberapa lokasi disebutkan oleh netizen dan masyarakat yang sudah menonton film tersebut. Mereka menerka, apakah benar lokasi-lokasi ini adalah Desa Penari. Terlepas dari dimana letak keberadaan Desa Penari yang terus menggulirkan pertanyaan, ada pesan moral yang bisa dipetik.
Ketika berada di hutan ataupaun tempat-tempat yang dianggap memiliki rekam jejak misteri, harusnya manusia menghormati setiap kehidupan yang ada dengan menjaga sikap, tutur kata hingga tingkah laku ketika berada di alam. Salah satu contoh film Indonesia yang menggunakan teknologi AR adalah film yang sempat booming di Indonesia yaitu KKN di Desa Penari. Film KKN di Desa Penari bercerita tentang sekelompok mahasiswa yang mendapat keganjilan selama mereka melakukan program KKn di sebuah desa karena mereka melakukan pelanggaran adat di desa tersebut. Penggunaan AR dalam film ini tidak terdapat didalam adegan film nya, namun yang menarik adalah di dalam digital poster yang di posting oleh akun media sosial Twitter Awi Suryadi selaku sutradara dalam film KKN di Desa Penari. Dalam digital posternya apabila kita menghidupkan fitur AR dan menghadapkan kamera kita di poster tersebut akan muncul efek berupa huruf timbul, pemberian efek suara dan animasi ular yang muncul dari dalam poster dan memberikan kesan yang unik. Salah satu Langkah yang dilakukan ini sangat menarik minat penonton karena selain dari cerita film nya yang sudah viral, penggunaan teknologi AR ini dapat menambah minat penonton untuk menonton filmnya.
Kesukesan film KKN di Desa Penari dalam promosi film nya dapat menjadi salah satu metode alternatif untuk menarik para penonton untuk berbondong bondong menonton filmnya. Menurut penulis, metode ini sangat baru dan segar karena menggunakan teknologi yang sekarang sudah tidak asing bagi kaum awam dan memberikan efek yang berimbas pada film yang akan di promosikan. Untuk kedepannya, penulis berharap perfilman Indonesia dapat mencontek kesukesan dalam aspek promosi film KKN di Desa Penari seperti contoh mereka bisa mengikuti dalam proses promosi menggunakan digital poster atau metode yang serupa seperti berfoto menggunakan teknologi AR dengan pemain asli atau cast film yang akan kita tonton, itu akan sangat menarik dan menjadi terobosan baru dari penggunaan AR di dunia perfilman Indonesia.
Kesukesan film KKN di Desa Penari dalam promosi film nya dapat menjadi salah satu metode alternatif untuk menarik para penonton untuk berbondong bondong menonton filmnya. Menurut penulis, metode ini sangat baru dan segar karena menggunakan teknologi yang sekarang sudah tidak asing bagi kaum awam dan memberikan efek yang berimbas pada film yang akan di promosikan. Untuk kedepannya, penulis berharap perfilman Indonesia dapat mencontek kesukesan dalam aspek promosi film KKN di Desa Penari seperti contoh mereka bisa mengikuti dalam proses promosi menggunakan digital poster atau metode yang serupa seperti berfoto menggunakan teknologi AR dengan pemain asli atau cast film yang akan kita tonton, itu akan sangat menarik dan menjadi terobosan baru dari penggunaan AR di dunia perfilman Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H