Suatu kepemimpinan jika dianalogikan sebagai sebuah tim, pastinya harus memperhatikan bagaimana menyusun suatu team work secara handal. Hal ini sangat diperlukan agar antara individual yang satu dengan yang lain atau antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain dapat bersinergi dan mampu menjalin kerja sama yang baik sebagai satu-kesatuan. Seorang pemimpin haruslah memiliki moral dan visi yang jelas, mampu menggerakkan anggota-anggota dan tentunya harus mampu menginspirasi dan menggerakkan rakyatnya.
Pemimpin adalah agen perubahan, orang yang perilakunya lebih besar untuk mempengaruhi orang lain dibandingkan orang lain mempengaruhinya (Ivancevich, Konopaske, & Matteson, 2008).
Kepemimpinan Strategik memiliki kemampuan mengantisipasi, memiliki visi, juga mampu mempertahankan fleksibilitas, memberi kuasa kepada orang-orang lain untuk menciptakan perubahan strategis. Organisasi yang mencapai target diatas rata-rata didukung peranan penting dari strategi ini. Kepemimpinan strategik sangat efektif diperlukan untuk merumuskan dan menerapkannya. Kepemimpinan strategik mencakup penentuan arah strategis, pemanfaatan dan pemeliharaan kompetensi inti, pengembangan modal manusia, pemeliharaan budaya korporat yang efektif, penekanan praktik-praktik etis, dan pembangunan pengendalian strategis.
Lee Kuan Yew (bahasa Mandarin: , Pinyin: L Gungyo, 16 September 1923-23 Maret 2015) merupakan Perdana Menteri Singapura tahun 1959--1990. Lee dianggap sebagai founding father dan pahlawan bagi negara Singapura modern, karena kepemimpinannya dalam mengubah Singapura dari negara baru yang miskin menjadi sebuah negara maju. Lee lahir pada tanggal 16 September 1923, dari pasangan Lee Chin Koon, seorang warga Singapura kelahiran Semarang, dan Chua Jim Neo.
Lee dilihat sebagai pemimpin yang berkharismatik, diktator, dan pemimpin transformasional, karena mampu memotivasi dan membawa kemajuan besar pada semua sektor. Model kepemimpinan Lee telah menjadi alat pemelihara proses politik dan ekonomi Singapura yang berkinerja tinggi dan stabil, dalam waktu yang bersamaan. Lee berhasil merubah Singapura menjadi negara maju dan negara metropolitan ketiga di dunia dengan waktu yang relatif singkat (tiga dekade). Pemikiran Machiavelli untuk menjadi pemimpin yang ditakuti diterapkan olehnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, yaitu (McCarthy, 2006):
"Between being loved and being feared, I have always believed Machiavelli was right. If nobody is afraid of me, I'm meaningless. When I say something, to make it easier for me to govern, I have to be taken very seriously. So when I say "please don't do that", you do it, I have to punish you because I was not joking when I said that. And when I punish, it's to punish publicly. And people will know the next time, if you want to do that when he said "no, don't do it", you must be prepared for a brutal encounter. . . . What the crowd thinks of me from time to time, I consider totally irrelevant . . ."Â
Meskipun dengan hybrid regime yang digunakan Lee Kuan Yew untuk memimpin Singapura, namun dalam kenyataannya beliau berhasil memajukan perekonomian Singapua dan menjadikan salah satu dari negara yang ada di Asia dengan kemampuan sangat baik dalam perkembangan ekonomi.
Kepemimpinan Lee Kuan Yew ;
- Visi dan Tekad
Lee percaya bahwa kepemimpinan bukan tentang lebih dari sekedar mengelola operasi sehari-hari, para pemimpin harus mampu mengartikulasikan visi yang jelas dan memimpin dengan tekad dan ketekunan. Ia menekankan pentingnya pemikiran strategis, perencanaan, dan pelaksanaan dalam mencapai kesuksesan jangka panjang.
- Stabilitas dan Harmoni Sosial
Stabilitas dan harmoni sosial sangat penting untuk membangun negara yang kuat dan sejahtera. Lee fokus pada penciptaan budaya yang menghargai tanggung jawab sosial dan perilaku etis, berinvestasi dalam program sosial, dan mempromosikan keragaman dan harmoni budaya.
- Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan dan pengembangan keterampilan sangat penting untuk membangun bangsa yang kuat dan sejahtera. Lee fokus pada penciptaan budaya yang menghargai pendidikan dan memprioritaskan pengembangan keterampilan, berinvestasi besar-besaran pada infrastruktur, pelatihan guru, dan pendidikan kejuruan.
- Hasil dan Efisiensi
Percaya bahwa hasil dan efisiensi sangat penting untuk membangun perekonomian yang sukses dan kompetitif. Lee berfokus pada penciptaan budaya yang memprioritaskan produktivitas, inovasi, dan keunggulan, menggunakan metrik kinerja dan target untuk mendorong kinerja.
Kepemimpinan Lee Kuan Yew di Singapura, dapat dipahami bahwa menjadi seorang pemimpin yang otoriter, tidak serta-merta dilambangkan dengan kekerasan dan penyempitan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan pemikiran dan gagasan yang mereka miliki. Lee Kuan Yew pada masa kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri Singapura, telah menggabungkan gaya kepemimpinan otoritarian dan demokratis yang kemudian dapat disebut sebagai mobokrasi atau hybrid regym, atau 'demokrasi ala Asia.'
Sumber :
Arsin, Hartind. (2016). Bahan Pembelajaran Kepemimpinan Strategik. Kementerian Pertahanan RI. Jakarta
Harahap, Insan Harapan. (2019). Analisis Gaya Kepemimpinan Lee Kuan Yew dalam Mengantarkan Singapura menjadi Negara Maju. Journal of Entrepreneurship, Management, and Industry (JEMI) Vol. 2, No. 1.
https://id.wikipedia.org/wiki/Lee_Kuan_Yew
https://id.wikipedia.org/wiki/Lee_Kuan_Yew#/media/Berkas:Lee_Kuan_Yew_in_2011.jpg
https://leenallalingham.com/2023/09/05/building-a-nation-lee-kuan-yews-leadership-lessons/
Ibrahim, Z. (2011). Lee Kuan Yew: Hard Truths to Keep Singapore Going. Singapore:Straits Times Press.
Wirawan. (2001). Kapita Selekta Teori Kepemimpinan (1st ed.). Jakarta: Uhamka Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H