Dengan demikian, ada semaca titik temu antara agama dan sains yang jalinan itu dirasa harmonis dalam kerangka saling menguatkan. Meskipun menurut Seyyed Hossien Nasr, sekalipun Islam menerima sains tetapi terdapat ciri-ciri yang khusus yang berbeda dalam pandangan sains Barat, dalam hal ini dikenal dengan istilah "sains Islami".
Tetapi perlu diketahui bersama bahwa pandangan cendikiawan Islam mengenai sains modern amat sangat beragam (pro-kontra). Sekurang-kurangnya terbagai pada dua kelompok besar jika merujuk pendapatnya Nasr. Pertama, kelompok modernis seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Abdus Salam, meyakini bahwa sains modern adalah sebuah keniscayaan yang tidak terhindarkan dan tidak ditemukan adanya kesalahan serius dalam sains Barat.
Sedangkan yang kedua, kelompok etis, kelompok ini menolak berbagai "kecacatan etika" dalam sains Barat dan menyerukan "Islamisasi sains". Tokoh dari kelompok ini antara lain Raji Al-Faruqi dan Ziauddin Sardar. Dan kelompok ini memiliki titik kesamaan dengan gerakan bucaillisme.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI