Belum selesai saya mbatin, tiba-tiba Ganjar lari kecil. Langkahnya pelan, namun konstan. Lama-lama, ritme larinya tambah kencang. Langkah kakinya yang panjang, membuat masyarakat yang ikut lari dengannya ketinggalan.
Saya termasuk yang tertinggal di belakang. Sial!
"Halah, paling cuma berapa menit. Nanti dia juga bakal berhenti karena nggak kuat," kata saya lagi tetap nggak terima.
Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit waktu sudah berjalan. Tapi Ganjar masih berlari, berlari dan terus berlari. Sial, saya semakin tertinggal.
Napas saya sudah ngos-ngosan. Saya sendiri yang nggak kuat mengikuti Ganjar berlari. Dari yang awalnya puluhan orang yang mendampingi Ganjar berlari, kini tinggal lima orang saja.
Lainnya menyerah, termasuk saya.
Mulai detik itu, anggapan negatif saya pada Ganjar terhapus sudah. Ganjar benar-benar seorang pelari, bukan pencitraan demi menebar sensasi.
Saya catat jarak tempuh Ganjar hari itu di Cirebon sepanjang 10 km. Sepanjang itu, dia terus berlari, sambil menyapa masyarakat yang meneriakinya di kanan kiri. Sesekali ia berhenti sejenak, hanya untuk menyalami masyarakat dan berselfie.
Pantas saja Ganjar terlihat bugar sekali. Karena kata ajudannya, tiap hari Ganjar olahraga. Tiap hari, Ganjar selalu bangun pagi, shalat subuh dan olahraga. Baru setelah itu, ia menjalani aktifitasnya melayani masyarakat.
Keraguan saya terbayar sudah. Saya baru percaya dengan postingannya di media sosial. Soal dia hoby olahraga. Mulai lari pagi hingga bersepeda.
Bukan hanya lari politik demi menggaet massa jelang Pilpres 2024, tapi dia sudah menekuni itu sejak lama. Benar-benar olahraga untuk kesehatan jiwa dan raga.