Mohon tunggu...
Fajar Iryanto Putra
Fajar Iryanto Putra Mohon Tunggu... Guru - Optometris

OPTOMETRIS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Layar: Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesejahteraan Emosianal Anak

25 November 2023   21:46 Diperbarui: 25 November 2023   21:49 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dibalik Layar: Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesejahteraan Emosional Anak

Author : 

  • Naila Alifia Febrianty
  • Adisty Fazria Suryani
  • Firman
  • Ina Nur Sipa Sari
  • Siti Nuraeni
  • Silvi Rahmawati

FARMASI 1B

Program Studi Sarjana Farmasi 2023

Fakultas MIPA, Universitas Al-Ghifari, Bandung, Indonesia

Abstrak 

Artikel ini membicarakan implikasi dari penggunaan media sosial terhadap kesejahteraan emosional anak-anak, menginvestigasi perubahan yang terjadi di balik layar kehidupan digital mereka. Meskipun media sosial memberikan koneksi dan akses informasi, paparan terhadap konten merugikan seperti cyberbullying dan body shaming dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan pada anak-anak. Perbandingan sosial yang terjadi secara online juga dapat mengakibatkan rendahnya rasa percaya diri dan perasaan kurang berharga. Tambahan pula, artikel ini mencatat dampak negatif terhadap gangguan tidur yang disebabkan oleh penggunaan media sosial sebelum tidur dan potensi kurangnya interaksi sosial face-to-face yang esensial untuk perkembangan emosional. Di balik layar ini, peran orang tua dalam memberikan perlindungan dan panduan yang bijak menjadi kunci dalam mengatasi tantangan ini. Artikel ini menyoroti pentingnya menciptakan lingkungan digital yang positif melalui keterlibatan aktif dari orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk mendukung kesejahteraan emosional anak-anak di era digital.

Pada era perkembangan teknologi informasi yang terus berlanjut, media sosial telah menjadi pusat perhatian dalam kehidupan sehari-hari, bahkan bagi generasi termuda. Meskipun memberikan platform untuk konektivitas global dan pertukaran informasi, efek yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional anak-anak terselip di balik layar kehidupan digital ini. Hal ini memunculkan pertanyaan mendalam mengenai dampak psikologis yang ditimbulkan oleh media sosial pada masa kritis pembentukan identitas dan kesehatan mental anak-anak.

artikel ini  akan mengeksplorasi realitas "Dibalik Layar" media sosial dan menginvestigasi dampaknya terhadap kesejahteraan emosional anak-anak. Sebagai pengantar, kita akan menyelidiki perubahan-perubahan yang halus namun berpengaruh yang terjadi di balik antarmuka digital, memberikan wawasan lebih mendalam tentang bagaimana media sosial dapat membentuk pola pikir, perilaku, dan emosi anak-anak.

Kebermaknaan topik ini menjadi semakin jelas, terutama mengingat implikasi masa depan bagi generasi yang tengah tumbuh dengan teknologi ini. Dengan merinci aspek-aspek khusus dari penggunaan media sosial oleh anak-anak, kita dapat berkontribusi pada pembentukan pendekatan yang seimbang dan bijaksana terhadap pemanfaatan teknologi dalam lingkungan anak-anak. 

Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh media sosial, kita dapat membuka jalan menuju solusi yang mendukung kesejahteraan emosional anak-anak, membantu mereka menjadi pionir masa depan yang tangguh dan seimbang dalam dunia digital yang terus berkembang pesat.

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, termasuk kehidupan anak-anak. Sementara media sosial membawa manfaat dalam hal konektivitas dan akses informasi, kita perlu membahas dampaknya terhadap kesejahteraan emosional anak-anak. Dibalik layar kehidupan digital ini, ada sejumlah perubahan yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak-anak.

  1. Paparan Terhadap Konten Merugikan

Paparan terhadap konten merugikan di platform media sosial dapat memiliki dampak yang tidak menguntungkan pada kesejahteraan emosional anak. Jenis konten merugikan ini mampu memicu berbagai perasaan negatif, termasuk stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Contoh-contoh konten merugikan yang kerap ditemukan di media sosial melibatkan perilaku cyberbullying, yang mencakup komentar negatif, ancaman, atau penyebaran informasi pribadi secara tidak etis. 

Body shaming, yang merendahkan seseorang berdasarkan penampilan fisiknya, juga menjadi masalah serius dengan potensi menghasilkan rasa tidak puas diri dan citra tubuh yang negatif pada anak. Terdapat pula konten negatif lainnya, seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian, yang dapat menimbulkan perasaan takut, marah, atau bahkan kehilangan harapan pada anak.

Untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk ini, orang tua, guru, dan pengasuh perlu bersatu untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan. Komunikasi terbuka dengan anak tentang media sosial, termasuk manfaat dan risikonya, adalah langkah awal yang penting. Pembatasan waktu penggunaan media sosial juga bisa diterapkan, misalnya dengan membatasi waktu penggunaan hingga 2-3 jam per hari. 

Anak perlu diajarkan cara menggunakan media sosial dengan aman dan bertanggung jawab, termasuk keterampilan menyaring konten dan melaporkan materi yang dianggap merugikan. Pentingnya memberikan dukungan emosional kepada anak yang mungkin terpapar konten merugikan juga tidak boleh diabaikan. Melalui kerjasama ini, kita dapat membantu anak-anak menghadapi media sosial dengan cara yang positif dan aman.

  1. Perbandingan Sosial dan Rasa Percaya Diri

Perbandingan sosial adalah tindakan membandingkan diri dengan orang lain, suatu proses yang alami namun berpotensi menjadi masalah jika dilakukan secara berlebihan. Di platform media sosial, kecenderungan untuk membandingkan diri seringkali menjadi hal umum, khususnya di kalangan anak-anak yang sering melihat gambar dan video orang lain yang terkesan sempurna. Dampak dari perbandingan sosial ini dapat merugikan rasa percaya diri anak-anak, menyebabkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri, dan bahkan memicu perasaan cemas atau depresi.

Untuk membantu anak-anak mengatasi perbandingan sosial di media sosial, orang tua dan pendidik dapat mengambil beberapa tindakan. Penting untuk berkomunikasi terbuka dengan anak-anak mengenai konsep perbandingan sosial, menjelaskan bahaya di baliknya, dan membantu mereka memahami bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Fokus pada diri sendiri, menghargai keunikan, dan menghindari penilaian berdasarkan penampilan atau kesuksesan juga merupakan langkah-langkah penting.

Selain itu, penting untuk mendukung anak-anak dalam mengembangkan citra tubuh yang positif. Ini dapat dilakukan dengan mengajarkan mereka tentang keragaman tubuh, menunjukkan berbagai jenis tubuh sebagai panutan positif, dan mendorong mereka untuk mencintai diri mereka apa adanya. Orang tua juga dapat membantu anak-anak menetapkan standar realistis dengan mengajarkan mereka berpikir kritis terhadap konten media sosial, merayakan pencapaian pribadi, dan memberikan contoh positif tentang kepuasan diri dan hidup.

Dengan melibatkan anak-anak dalam diskusi terbuka dan memberikan dukungan yang diperlukan, kita dapat membantu mereka menghindari dampak negatif perbandingan sosial di media sosial, menjaga rasa percaya diri mereka, dan membentuk pandangan yang sehat terhadap diri sendiri.

  1. Gangguan Tidur dan Kesehatan Mental

Penggunaan media sosial sebelum tidur telah terbukti berdampak pada gangguan tidur anak-anak. Diskusi mengenai kebutuhan tidur anak dan efek dari kurangnya tidur terhadap kesehatan mental mereka dapat membuka pintu untuk pemahaman lebih lanjut mengenai bagaimana membatasi akses media sosial sebelum tidur dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, anak-anak membutuhkan durasi tidur yang mencukupi. Jumlah waktu tidur yang diperlukan oleh seorang anak bervariasi tergantung pada usianya. Berikut adalah rekomendasi durasi tidur untuk anak-anak:

  1. Bayi (0-1 tahun): 12-16 jam per hari

  2. Balita (1-3 tahun): 11-14 jam per hari

  3. Anak-anak (4-6 tahun): 10-12 jam per hari

  4. Remaja (7-12 tahun): 9-11 jam per hari

  5. Remaja (13-18 tahun): 8-10 jam per hari

Kurangnya waktu tidur dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental anak, termasuk munculnya cemas, depresi, perilaku agresif, gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan kesulitan belajar.

Penggunaan media sosial juga dapat mempengaruhi pola tidur anak dengan berbagai cara. Misalnya, cahaya biru yang dipancarkan oleh layar ponsel dan komputer dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur-bangun. Selain itu, media sosial dapat memberikan stimulasi yang membuat sulit bagi anak untuk merileks, serta menyebabkan perasaan cemas atau stres yang dapat memperburuk gangguan tidur.

Untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan media sosial terhadap tidur anak, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Orang tua dapat mengatur batas waktu penggunaan media sosial, menetapkan aturan agar anak tidak menggunakan perangkat di tempat tidur, menciptakan lingkungan tidur yang gelap dan tenang, serta mendorong aktivitas yang menenangkan sebelum tidur, seperti membaca atau mendengarkan musik.

  1. Kurangnya Interaksi Sosial Face-to-Face

Anak-anak yang terlalu terlibat dalam media sosial mungkin mengalami kurangnya interaksi sosial face-to-face yang penting untuk pengembangan keterampilan sosial dan emosional. Membahas manfaat interaksi langsung dan bagaimana mengimbangi kehidupan digital dengan kehidupan sosial dapat menjadi bagian integral dari pembahasan.

Manfaat Interaksi Sosial Face-to-Face memiliki dampak positif yang signifikan pada perkembangan anak-anak. Pertama, melalui interaksi langsung ini, anak-anak dapat mengasah dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, termasuk kemampuan berkomunikasi, kerja sama, dan penyelesaian masalah yang menjadi kunci dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, interaksi sosial langsung membantu anak-anak membentuk hubungan yang kuat dengan teman-teman, anggota keluarga, dan orang dewasa lainnya, menciptakan dasar yang kokoh untuk perkembangan sosial mereka. Selain itu, kegiatan sosial langsung juga memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan mental anak-anak, mengurangi tingkat stres, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperbaiki tingkat kebahagiaan mereka.

Namun, dalam era digital, penting untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara kehidupan digital dan kehidupan sosial anak-anak. Untuk mencapainya, orang tua dan pengasuh dapat mengambil langkah-langkah seperti menetapkan batasan waktu penggunaan media sosial, mendorong anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas positif selain menggunakan media sosial, serta menyoroti pentingnya interaksi sosial face-to-face. Dengan berbicara dan menjelaskan manfaat nilai interaksi langsung kepada anak-anak, serta membantu mereka menemukan cara untuk meningkatkan interaksi sosial, kita dapat memastikan bahwa anak-anak tetap terhubung dengan lingkungan sekitar secara langsung. Beberapa aktivitas seperti bermain dengan teman-teman, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, berkontribusi sebagai relawan, atau berlibur bersama keluarga dapat menjadi cara yang bermanfaat untuk memperkuat keterampilan sosial dan emosional anak-anak. Dengan demikian, melalui dukungan terhadap interaksi sosial langsung, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan landasan yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan.

  1. Peran Orang Tua dan Pendidik

Peran yang sangat penting dimainkan oleh orang tua dan pendidik dalam mengarahkan anak-anak melalui penggunaan media sosial. Untuk melindungi kesejahteraan emosional anak-anak, orang tua dapat mengambil sejumlah tindakan konkret. Pertama, komunikasi terbuka dengan anak-anak tentang media sosial perlu ditekankan, dengan menjelaskan manfaat dan risikonya, termasuk ancaman seperti cyberbullying, body shaming, dan konten negatif lainnya. Kedua, mengatur batas waktu penggunaan media sosial anak membantu membatasi paparan mereka, misalnya hanya 2-3 jam per hari. Selain itu, mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas positif di luar media sosial, seperti bermain atau belajar, adalah langkah yang dapat dilakukan. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap aktivitas online anak juga penting untuk memastikan bahwa mereka tidak terpapar konten berbahaya atau terlibat dalam perilaku merugikan.

Pendidik juga turut berperan dalam membimbing anak-anak melalui dunia media sosial. Pertama, mengajarkan anak-anak cara menggunakan media sosial secara aman dan bertanggung jawab, termasuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap konten yang mereka lihat dan melaporkan konten berbahaya. Kedua, menetapkan aturan penggunaan media sosial di lingkungan sekolah dapat membantu mencegah penggunaan yang berpotensi berbahaya. Dukungan yang diberikan kepada anak-anak yang mengalami masalah akibat penggunaan media sosial, seperti cyberbullying atau kecanduan, juga menjadi tanggung jawab pendidik.

Selain itu, ide dan strategi konkrit dapat diterapkan untuk mendukung kehidupan digital anak-anak. Membuat rutinitas keluarga untuk menggunakan media sosial pada waktu-waktu tertentu, menjadi panutan positif dalam penggunaan media sosial, terlibat dalam percakapan terbuka dengan anak-anak mengenai konten yang mereka temui, dan memberikan umpan balik positif terhadap konten yang mereka bagikan adalah langkah-langkah yang dapat membentuk pengalaman media sosial yang positif. Melalui kolaborasi antara orang tua dan pendidik, kita dapat berhasil membimbing anak-anak agar menggunakan media sosial secara positif dan bertanggung jawab, sekaligus menjaga kesejahteraan emosional mereka.

Di balik sorotan gemerlap media sosial yang menyediakan koneksi dan informasi, kita mengungkap kerumitan dampaknya pada kesejahteraan emosional anak-anak. Meskipun media sosial membawa manfaat konektivitas, penggunaannya juga membawa risiko terhadap kesejahteraan mental anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenung dan bertindak secara cerdas guna mengurangi dampak negatif tersebut.

Pertama, perlindungan dan pendidikan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini. Orang tua dan pendidik perlu menyadari betapa pentingnya memantau aktivitas online anak-anak dan memberikan panduan yang sehat. Meskipun teknologi memberikan akses yang luar biasa, pembatasan dan bimbingan menjadi bentuk perlindungan yang esensial.

Selanjutnya, perlu ditekankan bahwa media sosial bukanlah musuh mutlak; yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya. Perbandingan sosial, tekanan untuk tampil sempurna, dan gangguan tidur dapat diatasi dengan pendekatan bijak dalam penggunaan media sosial. Mendorong diskusi terbuka dan positif mengenai keberagaman fisik dan pencapaian hidup dapat membentuk lingkungan online yang mendukung.

Terakhir, dalam upaya menciptakan lingkungan digital yang positif, kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan menjadi krusial. Menetapkan norma-norma keamanan online, mengedukasi anak-anak tentang risiko, dan mempromosikan kebijakan yang mendukung lingkungan yang sehat dapat menjadi langkah-langkah penting untuk menjaga kesejahteraan emosional anak-anak.

Sebagai kesimpulan, kita berbagi tanggung jawab untuk memahami dan mengelola dampak media sosial terhadap anak-anak. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat menciptakan ruang digital yang merawat pertumbuhan emosional anak-anak, membantu mereka menjadi individu yang tangguh dan seimbang di dunia yang semakin terkoneksi secara digital.

Full Text PDF :

File PDF


Sumber :

Astuti, L. (2020). Kontribusi Media Sosial Terhadap Perilaku Keseharian Remaja. JURNAL PENDIDIKAN PEMBELAJARAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, 2(2), 146-156. doi:https://doi.org/10.37577/jp3m.v2i2.273

Cahyono, A. S. (2018). DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP PERMASALAHAN SOSIAL ANAK. PUBLICIANA, 11(1), 89-99. doi:https://doi.org/10.36563/publiciana.v11i1.141

Gani, A. G. (2020). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak Remaja. Jurnal Mitra Manajemen, 32-42. Retrieved from https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile/533/499

Karinta, A. (2022). Pengaruh Negatif Penggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Pada Remaja. Media Gizi Kesmas, 11(1), 307-312. Retrieved from https://e-journal.unair.ac.id/MGK/article/download/30853/21369

Putri, W. S., Nurwati, N., & Santoso, M. B. (2016). PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU REMAJA. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 47-51. doi:https://doi.org/10.24198/jppm.v3i1.13625

Zuhdi, N. M., & Mulawarman. (2021). PENGARUH PERUNDUNGAN SIBER DI MEDIA SOSIAL DAN BYSTANDER TERHADAP REGULASI EMOSI REMAJA SE-KABUPATEN PEMALANG. Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 7(2), 118-127. doi:https://doi.org/10.15548/atj.v7i2.3121

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun