Mohon tunggu...
Fajar Bagus Permana
Fajar Bagus Permana Mohon Tunggu... Freelance, Blogger, Youtuber, Translator Indonesia English -

Salah satu benda bernyawa di kolong langit yang sedang mencoba kembali berdiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pernikahan, Sebuah Tempat Bernaung

15 Desember 2018   10:36 Diperbarui: 15 Desember 2018   10:43 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.islamicity.org

Setelah begitu banyak menyaksikan pernikahan yang gagal atau hancur di keluarga dan teman-teman, saya memutuskan untuk menuliskan artikel tentang pernikahan.

Apa itu pernikahan?

Sebuah akun Facebook bernama Lessons learned in life Inc. memposting sebuah quote seperti ini: Sebuah hubungan seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman bukan menjadi zona peperangan.

Itu sesuai dengan definisi saya tentang pernikahan sebagai sebuah tempat berlindung yang aman.

Sebuah gambaran yang sempurna dari definisi ini bisa dilihat dari perkawinan antara Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah.

Ketika Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu, orang pertama tempat beliau menceritakan apa yang sudah beliau saksikan adalah istrinya yaitu Khadijah.

Kemudian Khadijah pun menghibur dan menyakinkannya bahwa beliau tidaklah gila dan bahwa sebenarnya beliau telah menjadi manusia terpilih oleh Allah untuk melaksanakan tugsanya.

Di media barat umumnya, salah satu friksi utama dalam sebuah pernikahan adalah uang.

Dalam Islam Al-Qur'an menyebutkan:

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar. (An-Nisa', 34)

Namun, bagaimana bila sang suami tidak kaya, atau hanya berpenghasilan kecil?

Mari sekali lagi kita melihat bagaimana Nabi Muhammad SAW melakukannya.

Pada suatu ketika istri-istri Nabi meminta uang dan barang-barang yang kemudian ditanggapi Nabi dengan mengatakan jika benar mereka membutuhkan uang dan materi maka beliau bersedia menceraikan mereka dan secara pribadi akan mencarikan orang kaya dan menikahkan mereka dengannya.

Kemudian para istri Nabi menanggapinya dengan mencabut permintaan mereka akan uang dan materi dan lebih memilih untuk tetap menjadi istri Nabi Muhammad SAW.

Contoh lain adalah Khadijah istri Nabi dan merupakan seorang wanita yang sangat kaya, beliau membelanjakan uangnya dengan dermawan untuk Nabi dan hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam.

Kemudian lagi Aisyah dan istri-istri Nabi yang lainnya yang pernah mengalami kelaparan selama berhari-hari namun mereka tetap setia menjadi istri dan rekan seperjuangan dari Nabi Muhammad SAW.

Ada juga contoh dari Liya (istri Nabi Ayub AS), ia pernah mengalami masa kejayaan dengan hidup bergelimang harta dengan Nabi Ayub AS, namun ketika masa sulit datang dalam bentuk kemiskinan dan penyakit yang menyerang Nabi Ayub AS, ia masih setia dengan Nabi Ayub AS dengan mencari nafkah dengan bekerja membantu di rumah-rumah warga dan membantu Nabi Ayub AS yang sedang sakit dalam segala hal sesuai kemampuan dan kesanggupan dirinya.

Tetapi dalam menghadapi cobaan tidak semua wanita meresponnya seperti Khadijah atau Asiyah.

Nabi Ayub AS memiliki beberapa istri yang ketika masa-masa sulit datang dalam bentuk kemiskinan dan penyakit mereka semua meninggalkannya kecuali Asiyah yang merupakan seorang wanita yang sangat saleha.

Hidup pasti ada pasang surutnya, dalam mencari suami atau istri sebagai pasangan hidup menurut pendapat saya seseorang harus mempertimbangkannya dari sisi agamanya, karena kita bukan mencari seseorang yang ada saat masa-masa indah saja dan pergi ketika menghadapi masa sulit.

Atau malah menjadi musuh yang mengerikan ketika kemiskinan atau penyakit melanda pasangannya.

Hidup di zaman sekarang ini dimana penyakit psikologis dan sosial merajalela, saya sangat menyarankan kepada semua orang baik pria dan wanita yang akan menikah untuk terlebih dahulu membaca sejarah dan biografi dari Nabi Muhammad SAW dan Nabi-Nabi lainnya seperti Nabi Ayub AS, Yusuf AS dan Yakub AS untuk mendapatkan wawasan dan inspirasi dari kehidupan mereka dan bagaimana dalam menangani berbagai rintangan dan cobaan dalam hidup mereka terutama dalam kehidupan pernikahannya.

Harap Diperhatikan: Artikel ini diperuntukkan bagi pembaca pria dan wanita namun lebih menekankan pada peran wanita dalam sebuah pernikahan dan masalah keuangan dalam rumah tangga.

Artikel ini disadur dari artikel berbahasa Inggris dari laman www.islamicity.org yang ditulis oleh Naima Shaikh terbit pada 15 September 2017 berjudul "Marriage: A Safe Haven".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun