Nabi Muhammad SAW mengajarkan cinta, kebaikan dan kasih sayang kepada umatnya, dan beliau dikenal sebagai seseorang yang paling penyayang, baik hati, dan penuh kasih dari seluruh umat manusia. Al-Quran menyebutkan perilaku baik dan lembutnya beliau dalam ayat ini:
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal (Ali Imran, 159).
Ada banyak contoh yang menunjukkan kebaikan dan kelembutannya, terutama kepada kaum yang lemah dan miskin. Anas, salah seorang pengikutnya, mengatakan: Saya melayani Rasul Allah selama sepuluh tahun dan dia tidak pernah berkata kepada saya, 'Kau sangat memalukan' atau 'Mengapa kau melakukan ini?' atau 'Mengapa kau melakukan itu?'Â (Bukhari, 2038).
Suatu ketika Rasulullah berkata kepada istrinya: Ya A'ishah! Jangan pernah biarkan orang yang membutuhkan berpaling dari pintu rumahmu dengan tangan kosong. Ya A'ishah! Kasihilah orang miskin; dekatkanlah mereka kepadamu maka Allah juga akan mendekatkanmu kepada diri-Nya di hari kebangkitan nanti. Beliau juga kemudian mengatakan: Carilah saya di antara orang-orang yang lemah, karena engkau telah diberikan rezeki, atau engkau telah diberikan kelebihan hanya karena adanya orang-orang yang lemah (Rahman, Encyclopedia of Seerah, VOL. VIII, hlm. 151). Allah itu baik, dan Nabi Muhammad SAW meniru Allah sebagai teladan dalam kesempurnaannya dengan menunjukkan kebaikan kepada seluruh hamba Allah dan semua makhluk tanpa memperhatikan keyakinan, warna atau kebangsaan mereka. Nabi berkata: Allah itu baik dan menyukai kebaikan dalam segala hal (Bukhari, 6601).
Hatinya sakit ketika beliau berada di negara umatnya, Mekah dan penolakan mereka terhadap Allah. Al-Quran menyebutkannya dalam ayat:
Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka (penduduk Mekah) tidak beriman (Asy-Syu'ara', 3). Dalam Surah Al-Kahfi, disebutkan:
Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an) (Al-Kahfi, 6). Dan di Surah Fatir juga mengatakan:
Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat (Fatir, 8).
Beliau menaruh perhatian yang besar pada kesejahteraan umatnya dan memiliki belas kasih yang besar kepada orang-orang yang sedang dirundung masalah. Nabi Muhammad SAW meniru sifat-sifat Allah sebagai sifat yang terbaik dan menerjemahkannya ke dalam perbuatan dalam bentuk yang paling sempurna dari seluruh manusia. Kebaikan adalah sifat Allah, yang tiada batasnya.Â
Kebaikan Allah itu luas mencakup semua hal dan semua makhluk tanpa diskriminasi. Demikian juga kebaikan Nabi Muhammad SAW. Beliau memberikannya ke semua makhluk, baik yang hidup maupun mati dan menguntungkan semuanya tanpa batasan. Kata-kata Al-Qur'an untuk menggambarkan kebaikan Nabi Muhammad SAW, ra`fur ram,
Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman (At-Taubah, 128).