Mohon tunggu...
Faiz Zawahir Muntaha
Faiz Zawahir Muntaha Mohon Tunggu... -

KADER BIASA HMI tumbuh dan berkembang di HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Akun lama kompasiana saya http://www.kompasiana.com/faiz_alzawahir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemaknaan Kalimat Syahadat Sebagai Pijakan Pendidikan Moral [1]

10 Februari 2016   22:45 Diperbarui: 10 Februari 2016   22:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Dalam mengimplementasikan ajaran islam dalam kehidupan ini maka kewajiban untuk seluruh umat islam yang pertama adalah membaca dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat sebagaimana dibahas oleh para ulama adalah pintu gerbang menuju keislaman yang kaffah. Dalam hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 dalam logika ilmu pasti tak mungkin manusia bisa sampai pada angka 2 jika angka satu belum sempurna begitu pula seterusnya. Oleh sebab itu maka penyempurnaan syahadat adalah kunci untuk mewujudkan islam yang rahmatan lil alamin.

 

Kepasrahan adalah titik nol sebagai prasarat mutlak Syahadat yang kaffah

            Akan tetapi masalah yang selanjutnya bagaimana caranya supaya manusia bisa sempurna dalam syahadatnya. Syahadat adalah rukun islam yang ke-1 namun dalam deret matematika di alam raya ini sebelum bisa menginjak ke angka 1 maka manusia haruslah menyempurnakan dulu bilangan 0 (nol) baru aka tercapai. Prasarat utama supaya syahadat seorang muslim sempurna adalah : pertama. Syahadat adalah perwujudan dari kepasrahan manusia dalam menerima Allah sebagai tuhannya serta Nabi Muhammad SAW sebagai nabinya. Seorang manusia bisa pasrah jika memiliki alasan yang tepat dan tidak terbantahkan kenapa saya harus pasrah? Kepasrahan adalah titik nol dalam diri manusia titik nol adalah titik keseimbangan alam semesta. Nol adalah bilangan yang nilainya tak terdefinisikan oleh sebab itu menurut saya keliru jika ada ahli matematika mengangap nol itu tidak bernilai jika tida disertai dengan bilangan yang lain. Dalam deret aritmetika titik nol adalah titik kesimbangan yang mana nilai nol tidaklah terdefinisikan dan tidak terbatas. Buktinya jika dari angka nol bergeser kekanan atau keatas maka itu bernilai positive mulai dari 1 sampai tidak terhingga dan jika bergeser kekiri atau kebawah maka negative mulai dai -1 sampai tidak terhingga. Jika manusia menghitung sampai ke angka berapapun kalau dikembalikan atau dikalikan pada titik nol maka nilainya adalah nol. Oleh sebab itu nol nilainya itu tidak terbatas bisa menjadikan angka lain bernilai atau tidak bernilai. Coba lihat betapa rumitnya filsafat dan penggunaan angka romawi yang tidak ada bilangan nol di dalamnya.

Oleh sebab itu menurut saya nol adalah titik ilahiyyah dimensi ketuhanan yang menjadikan alam semesta ini stabil. Manusia sekaya dan sekuat apapun ketika dikembalikan pada titik ketuhanan nilai yang ia miliki tidak ada apa-apanya. Pun manusia selemah atau semiskin apapun ketika dikembalikan kepada nilai-nilai ilahiyah maka semuanya tidak ada artinya. Semua bilangan baik positive ataupun negative berasal dari titik nol sebagai pijakan awalnya. “innalillahi wainna ilaihi roji’un” semua berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Semua berasal dari titik nol maka jika dikembalikan pada nol maka semuanya seakan-akan tak ada nilainya.

Seorang manusia bisa pasrah dalam bersyahadat ketika ia menyadari betapa dirinya tidak berdaya,tidak ada apa-apanya dan tak ada gunanya ktika tanpa Allah. Dia akan lemah jika tak diberikan kekuatan oleh Allah,dia akan miskin ketika tak diberikan kekayaan oleh Allah dan dia akan bodoh ketika tak dikaruniai ilmu oleh Allah sang pencipta awal dari sesuatu.

Jika kita fahami dan perhatikan secara seksama manusia-manusia yang enggan menyembah Allah dan enggan bersyahadat secara kaffah, hal itu disebabkan oleh adanya rasa kepemilikan kelebihan yang ada dalam dirinya.dia merasa dirinya kuat sehingga tak membutuhkan Allah untuk melindunginya,dia merasa kaya raya sehingga tak membutuhkan Allah sebagi dzat yang menjamin kehidupannya,dia merasa punya jabatan sehingga bisa merasa paling berkuasa. Sehingga rasa-rasa itulah yang menghalangi dari kepasrahan manusia terhadap TUHAN. Manusia bisa pasrah kepada Tuhan ketika dia menyadari dan kembali pada titik nol sebagai awal dari segala sesuatu yang ia miliki.

 

            Pemaknaan kalimat Syahadat sebagai pijakan bersyahadat secara Kaffah dan berakhlakul karimah

            Syahadat bukan hanya diucapkan melainkan yang terpenting haruslah dimaknai. Jika seorang muslim hanya bisa mengucapkan dua kalimat syahadat maka sesungguhnya dia gak pantas disebut manusia karena jika syahadat hanya di ucapkan maka seekor burung beo pun diberikan kemampuan untuk mengucapkan. Jika syahadat seorang mukallaf hanya diucapkan seorang bayi yang baru belajara berbicarapun bisa mengucapkan itu. Oleh sebab itu pemaknaan dua kalimat syahadat menjadi syarat mutlak muslim untuk menjadi muslim yang kaffah.

            Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas kalimat syahadat sesuai dengan kemampun yang saya miliki. Adapun kalimat syahadat pertama sebagai syahadat ilahiyah yang menjadi sebuah ikrar serta perjanjian antara makhluk dengan sang khaliq adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun