Semarang, (10/08/2021) Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti dan sangat berbahaya bagi manusia. Penyakit tersebut masuk dalam daftar ancaman kesehatan global WHO karena sering kali menimbulkan implikasi parah dengan gejala-gejala yang sangat mengganggu. Gejala yang ditimbukan seperti sakit kepala, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah dan timbul bitnik-bintik merah pada kulit.
Setiap tahunnya WHO memperkirakan terdapat 50 -- 100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, per Juni 2021 tercatat setidaknya ada 128 orang yang terjangkit kasus DBD.
Selama ini masyarakat  banyak menggunakan insektisida kimia untuk menghindari dari gigitan  nyamuk, salah satu insektisida kimia yaitu lotion penolak  nyamuk (Repellent) yang beredar di pasaran. Insektisida umumnya mengandung N,N -- diethyl -- m -- toluamide (DEET) yang dapat menimbulkan efek samping bagi penggunanya. DEET mengandung hidrokarbon terhalogenasi yang mempunyai waktu paruh terurai relatif panjang dan bersifat racun.Â
Penggunaan DEET yang berkepanjangan dapat menimbulkan iritasi kulit, kemerahan pada kulit dan gatal -- gatal.  Efek samping dari  penggunaan  insektisida kimia, dapat dikurangi dengan penggunaan insektisida alami yang berasal dari ekstrak tanaman  untuk  menggantikan  DEET seperti menggunakan  bahan  alam. Digunakannya insektisida alami yang berasal dari ekstrak tanaman diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat karena selain bahan lebih mudah diperoleh, zat yang terkandung dalam bahan alam juga mampu melindungi dari serangan nyamuk. Â
Mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh lotion penolak nyamuk tersebut, mahasiswi Universitas Diponegoro melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata, melakukan edukasi efek samping  N,N -- diethyl -- m -- toluamide (DEET) pada lotion yang beredar dipasaran, serta melakukan edukasi cara pembuatan spray anti-nyamuk alami dari kulit jeruk nipis. Selain mudah didapat, kulit jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai insektisida alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Â
Digunakan kulit jeruk nipis sebagai bahan dasar karena dinilai terbukti memiliki potensi sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti. Kulit buah jeruk nipis mengandung komposisi senyawa minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus Citrus diantaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol, - kariofilen dan -terpineol yang berpotensi sebagai larvasida. Selain, itu digunakan kulit jeruk nipis sebagai bahan dasar karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mudah diperoleh serta ramah lingkungan.
Dengan adanya program tersebut diharapkan masyarakat Kelurahan Gayamsari dapat lebih terbuka wawasannya mengenai kandungan serta efek samping dari bahan kimia yang terkandung dalam lotion penolak nyamuk (Repellent), serta dapat memanfaatkan kulit jeruk nipis sebagai alternative untuk spray anti-nyamuk sendiri dirumah.
Penulis : Faizul Muna Amalia
DPL : Dra. Puji Astuti, M.Si
#KKNTim2Periode2021 #p2kknundip #lppmundip #Undip
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H