Mohon tunggu...
Analisis

Tentang PEMILU

17 April 2019   19:09 Diperbarui: 17 April 2019   19:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 ini merupakan pemilu serentak dari mulai pemilihan Presiden, DPR RI, DPRD, DPD, serta DPR Kabupaten. Jadi setiap orang diberi 5 buah surat suara untuk dicoblos saat di TPS. Dengan begitu banyaknya pilihan tidak semua si pemilih mengetahui visi dan misi calon. Lalu bagaimana cara memilihnya ?


Seorang penulis merupakan seorang mahasiswa yang di dalam perkuliahannya terdapat mata kuliah "pancasila" didalam grup mata kuliah tersebut terdapat percakapan singkat tentang Pemilu kali ini


"Maaf pak mau tanya lebih baik gak nyoblos atau nyoblos yang belum diketahui baik buruknya nggeh ?" tanya salah seorang mahasiswa.


"Tadi kalo saya memang tidak tau. Ya tidak saya coblos. saya nyoblos sesuai kriteria yang baik kepribadian visi misi nya kinerja nya kesedrhanan nya.
Jangan nyoblos yang tidak tau yah karena sungkan karena di beri amplop yang karena tetangga atau karena saudara.. pilihlah sesuai yg tmn2 tau.. kinerja nya kesederhanaan nya
Jgn pilih kucing dalam karung ya."
, Jawab sang dosen mata kuliah pancasila tersebut.


Selain dari grup mata kuliah pancasila penulis juga mewawancarai dalam chat Whats App salah seorang temannya yang dari fakultas syariah yang berinisial MNA


"Eh mau tanya nih ya , menurutmu kalo pemilu gini itu pilihannya ndereaken kiai (mengikuti kiai) apa sesuai hati nurani sendiri?" 
Tanya si penulis.


"Hati nurani saja mbak" jawaban singkat dari teman Si penulis.


"Lalu apa pendapatmu tentang banyaknya santri yang pada saat  memilih bilangnya ndereaken kiay biar dapat barokah ?" pertanyaan ketiga dari si penulis.


"Memang dalam pemilihan ini kebanyakan dari mereka mempunyai persepsi berbeda, namunn menurut saya sihh kalo mereka yang berpendapat harus nderekaken kiayi (mengikuti kiai) menurut saya kalo pernyataan seperti itu lebih fanatik lah mbak !.  Karna milik maslahat bersama yang di dasari dari hati nurani masing masing rakyat Indonesia" 
Jawaban kembali  dari teman si penulis.


kemudian si penulis bertanya kepada teman lainnya mahasiswa fakultas tarbiyah , panggil saja si R


"kan pemilu ini bersifat serentak banyak sekali orang yang fokus hanya dengan pemilihan presiden saja dan menghiraukan yang lainnya , seperti DPR RI , DPRD sampai DPR kabupaten terhiraukan. Bagaimana pendapat anda tentang pemilih yang memilih secara acak tanpa tau bagaimana visi misi calon tersebut?"
bertanya si penulis

"Hal lumrah memang, sejatinya mereka (pemilih) memilih sesuai dengan yanh mereka kenal. Itulah sebabnya sebagai Anggi DPR RI ataupun DPRD harus bisa mengajak dan sosialisasi. Jadi kuncinya cuma itu untuk mengait suara pemilih
Secra pribadi sesuai fakta empiris lapangan
Mereka memilih karena mereka tau dan kenal
Ataupun di kenalkan oleh orang" 
jawab si R


"Lalu menurut anda lebih baik tidak memilih atau memilih secara asal jika ada permasalahan seperti itu ?" pertanyaan selanjutnya dari si penulis


"Lebih baik golput karena percuma memilih jika tidak bisa berkontribusi terhadap masyarakat." Jawab si R.


Lalu bagaimana pendapat pembaca tentang semua ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun